Gerakan Taliban Pakistan bersumpah, meski menderita kehilangan dalam beberapa waktu terakhir, mereka tidak akan pernah berhenti berjuang dan berupaya mencapai tujuannya, yakni mengalahkan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Afghanistan dan Pakistan.
Taliban Pakistan mengatakan, serangan pesawat tanpa awak AS di kawasan suku di daerah perbatasan dengan Afghanistan memang mengganggu pergerakan mereka.
Komandan Taliban Pakistan mengatakan pada kantor berita BBC bahwa mereka mulai menerapkan perlakuan ketat untuk menghindari serangan udara AS, termasuk mengumpulkan non-kombatan di area tertentu.
Pemimpin Taliban yang tidak menyebutkan namanya tersebut mengatakan, para pemimpin gerakan tersebut tidak lagi menggunakan telepon genggam dan selalu berpindah-pindah.
Taliban Pakistan meningkatkan operasi pengawasan dan mata-mata guna menghindari serangan drone. Mereka mengatakan sejumlah orang yang diduga mata-mata asing telah dieksekusi.
"Meski mengalami kehilangan, serangan-serangan ini tidak akan menghentikan kami dari upaya meraih tujuan, mengalahkan Amerika Serikat dan rekan-rekannya di Afghanistan dan Pakistan," katanya.
Sejumlah organisasi HAM mengecam hukuman kolektif yang dipraktikkan tentara Pakistan terhadap para anggota keluarga dari gerilyawan Taliban yang mendiami Lembah SWAT, khususnya penghancuran rumah.
AS berkoar telah meraih keberhasilan dan menghabisi para pemimpin gerilyawan dalam serangan drone. Namun, ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa kebijakan tersebut justru membuat AS terbuka utuk diserang.
Hampir setiap hari muncul berita mengenai kematian pemimpin militan di tangan militer AS maupun CIA. Tapi, mungkin ada sisi tidak terungkap dari semua itu. Dalam sebuah artikel di majalah Foreign Policy, Marc Thiessen mengatakan bahwa keputusan pemerintahan Obama untuk meningkatkan serangan drone di Afghanistan dan Pakistan membuat Gedung Putih terkesan kuat. Padahal sejatinya hal tersebut membahayakan AS sendiri.
Menurut Thiessen, dengan membunuh para gerilyawan tanpa menanyai mereka, maka AS sebenarnya telah kehilangan sumber data intelijen yang amat berharga.
Setidaknya 16 orang militan tewas dan beberapa lainnya terluka saat pasukan Pakistan menyerang kawasan Orakzai di kawasan suku yang dikendalikan pemerintah pada hari Jumat (23/7).
Menurut laporan itu, helikopter tempur militer menyerang tempat persembunyian di Ghandki dan Mullapati di Orakzai dan menghancurkan empat tempat persembunyian.
Tokoh yang terbunuh kabarnya termasuk komandan gerilyawan setempat, Suleman Mehsood, demikian dilansir kantor berita The News.
Bulan lalum tentara Pakistan mengklaim berhasil melakukan serangan dan menyingkirkan gerilyawan dari kawasan tersebut.
Akan tetapi, pertempuran terus berlanjut dan membuat klaim militer Pakistan diragukan.
Bahkan para penduduk dan pejabat pemerintah setempat mengatakan bahwa lebih dari setengah kawasan tersebut masih dikendalikan oleh Taliban.
Masyarakat mengatakan pertempuran itu sama sekali belum usai karena para gerilyawan masih mengendalikan sebagian besar wilayah.
Pakistan menemui kesulitan dalam menghadapi musuh tangguh seperti Taliban yang menggunakan taktik gerilya klasik seperti penembak jitu, bom pinggir jalan, dan penyergapan dalam memerangi pasukan Pakistan, menurut sebuah laporan media.
Tentara Pakistan kesulitan mempertahankan kemenangan yang diraih sebelumnya di Lembah Swat dan Waziristan Selatan saat para gerilyawan bangkit di kawasan tersebut dan operasi "anti-perlawanan" yang dilakukan terbukti terlalu mahal, demikian dilaporkan berita New York Times.
Surat kabar tersebut memberitakan bahwa pasukan Pakistan mengejar Taliban dari satu wilayah ke wilayah lain, dan kurangnya kerja sama otoritas sipil dan fungsi militer tidak memungkinkan ada konsolidasi.
Penggunaan taktik gerilya klasik oleh Taliban, penembak jitu – bom pinggir jalan, penyergapan – dan pengetahuan mereka tentang keadaan geografis menguntungkan mereka. Lebih dari 2.000 orang prajurit telah tewas dalam pertempuran melawan Taliban Pakistan dalam dua tahun terakhir, kata militer. Ada pula kekhawatiran mengenai jatuhnya korban sipil.