Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan pengusiran terhadap dua pejabat kedutaan besar Amerika Serikat yang dituduh memata-matai militer negara itu.
Ia juga menuduh Washington menyusupkan virus kanker ke tubuh almarhum Presiden Hugo Chavez.Maduro mengungkap tuduhan itu dalam pidato yang disirakan televisi pada hari Selasa, setelah melakukan rapat darurat dengan para pemimpin sipil dan militer beberapa jam sebelum mengumumkan kematian Chavez.
Caracas menuduh Atase Angkatan Udara Kedubes AS Kolonel David Delmonaco dan asisten atase udara Mayor Devlin Kostal, mencoba membuat rencana kekacauan militer terhadap pemerintah Venezuela.
Washington mengkonfirmasikan dua perwira itu memang bekerja di kedubes AS, dan menyatakan Delmonaco dua hari yang lalu sedang dalam perjalanan pulang ke AS, sementara Kostal sudah berada di AS.
Maduro juga menyatakan ,”Kita tidak ragu lagi” bahwa kanker sang Presiden, yang pertama kali didiagnosa pada 2011, disusupkan oleh “musuh-musuh historis ibu pertiwi,” yang merujuk pada AS.
Ia membandingkan dengan situasi kematian almarhum pemimpin Palestinian Liberation Organization (PLO) Yasser Arafat, yang diklaim Maduro sebagai “dibuat sakit” hingga meregang nyawa dan meninggal dunia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Patrick Ventrell mengatakan bahwa Washington “jelas menyangkal” pernyataan bahwa AS terlibat dalam sakitnya almarhum Presiden Chavez.
Chavez meninggal pada usia 58 tahun setelah menderita oleh penjalaran kanker selama dua tahun. Chavez pada tahun 2011 pernah menuduh AS sedang mengembangkan teknologi untuk memproduksi virus kanker yang bisa membuat para pemimpin Amerika Latin terpapar infeksi.
Presiden Argentina Cristina Kirchner Fernandez, Presiden Brasil Dilma Rousseff dan bekas Presiden Paraguay Fernando Lugo kini menjalani perawatan karena penyakit kanker.
“Apakah tidak aneh jika AS mengembangkan sebuah teknologi untuk menyusupkan kanker dan tak seorang pun tahu sampai sekarang?“ ujar Chavez suatu ketika, tulis Press TV Iran, Rabu (6/2/2013). [tjs]