Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim mendapat dukungan dari Senator John McCain dari Partai Republik untuk membebaskan seorang warga negara Amerika yang divonis bersalah karena menjadi agen mata-mata Israel dua puluh tahun silam.
Netanyahu mengatakan bahwa McCain mengungkapkan dukungannya saat keduanya berbincang melalui telepon.
Jonathan Pollard adalah seorang analis intelijen untuk Angkatan Laut Amerika Serikat saat ia ditangkap di Washington tahun 1985. Pollard mengaku bersalah telah menyerahkan rahasia negara kepada Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Dukungan yang diberikan McCain menambah dukungan dari sejumlah tokoh AS lainnya, termasuk dari mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger dan mantan Direktur CIA R. James Woolsey.
Para pengkritik mengatakan, Pollard menjalani hukuman penjara yang jauh lebih panjang dibandingkan terdakwa lain yang dihukum atas kejahatan yang lebih ringan. Mereka juga mengatakan, Pollard menyampaikan rahasia yang memang akan dibagi dengan Israel.
Pencurian informasi rahasia AS tersebut terekam kamera video. Ron Olive, mantan penyelidik Angkatan Laut AS, mengatakan, "Ini adalah Pollard yang benar-benar tengah mencuri informasi rahasia. 1.500 dokumen rahasia hanya dalam waktu beberapa detik."
Olive membantu menangkap Jonathan Pollard dan telah menulis buku mengenai analis intelijen AL yang menjadi mata-mata untuk Israel tersebut.
NBC News mendapatkan video tersebut yang memperlihatkan Pollard mencuri dokumen rahasia dan memasukkannya ke dalam sebuah koper yang diberikan Israel.
Saat ada seorang rekan pekerja lewat, Pollard langsung menutup lacinya. Kemudian, ia melanjutkan apa yang ia kerjakan.
"Hal itu membuat kita tahu bahwa dia memang sadar melakukan pencurian," kata Olive.
Pollard kemudian bermasalah dengan koper yang dibawanya. Karena koper itu terlalu penuh dijejali dokumen, ia kesulitan menutupnya. Namun, akhirnya Pollard berhasil dan ia keluar dari pintu dengan membawa serta sejumlah rahasia negara yang paling sensitif.
Dalam kurun waktu 18 bulan, Pollard kurang lebih mencuri sejuta dokumen rahasia, termasuk data intelijen sensitif mengenai Uni Soviet dan Timur Tengah.
"Hal itu membahayakan keamanan nasional," kata Olive.
Meski Pollard mengakui kejahatannya, para pemimpin Israel dan para simpatisan Pollard di AS terus melobi agar Pollard dibebaskan dari penjara atau diberikan ampunan.
Mereka berdalih bahwa Pollard menjadi mata-mata untuk sekutu AS, bukan musuh AS.
"Dia (Pollard) telah menjalani hukuman lebih lama dibandingkan warga Amerika mana pun sepanjang sejarah karena menjadi mata-mata untuk sekutu. Setiap hari yang dia habiskan di penjara saat ini adalah hari ketidakadilan," kata Alan Dershowitz, profesor ilmu hukum di Harvard.
Pemerintah Israel mengatakan akan terus mengupayakan pembebasan Pollard dari penjara atas dasar kemanusiaan.(SM)