15 Jun 2010

Menangisi Al Aqsa Dianggap Hasutan Oleh Israel

ImageYERUSALEM – Kepala Masyarakat Penjara Yerusalem dipanggil oleh kepolisian Israel pada hari Minggu (14/6), di mana dia terancam dideportasi dari kota itu, dan menjawab beberapa pertanyaan seputar dugaan pelanggaran hasutan yang terjadi satu minggu sebelumnya.
Pemimpin setempat, Naser Qous, memimpin kunjungan para pemuda Palestina di Yerusalem, yang puncaknya mengunjungi Masjid Al Aqsa kota tersebut dan lingkungan Haram Ash-Sharif.


Setibanya di sana, beberapa pemuda dan pemudi menangis karena sudah lama tidak bisa mengakses area itu dan mendengar kisah penelantaran dan kerinduan orangtua serta kakek-nenek mereka yang melarikan diri atau diusir dari wilayah itu, atau terperangkap di luar area itu pada tahun 1967 ketika pendudukan Israel dimulai.


Quos menghubungkan interogasinya di kantor polisi Israel di fasilitas penahanan Al Qashla dekat gerbang Yaffa.


“Saya katakan pada petugas bahwa semua remaja itu memasuki tanah air mereka dengan legal, dan saya katakan padanya tidak ada penghasutan dalam kunjungan,” ujarnya, menyebut tuduhan itu aneh dan tidak adil.


Penanya kemudian beralih ke partisipasi Quos dalam pemakaman Ziad Al Joulani, pria yang ditembak mati oleh penjaga perbatasan dalam sebuah insiden yang digambarkan sebagai kecelakaa atau upaya untuk melarikan diri dari pos pemeriksaan.


Selain Al Joulani, Mohammed Qadus (16) juga ditembak di bagian dada pada bulan Maret di sebuah desa dekat kota Nablus, Tepi Barat. Kerabatnya, yang juga seorang remaja, mengalami beberapa luka dan dibawa ke rumah sakit setempat.


Kedua remaja itu ikut serta dalam protes melawan konsekrasi Israel atas sinagog kuno Hurva di kota tua Yerusalem. Palestina mengklaim bahwa pekerjaan restorasi itu membahayakan Masjid Al Aqsa yang terletak 400 meter dari dari lokasi penggalian.


Ketegangan antara Israel dan Palestina meningkat setelah Tel Aviv mengumumkan rencana untuk membangun 1,600 rumah baru bagi kaum Yahudi di Yerusalem timur.


Pembangunan pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem telah menjadi batu sandungan utama dalam menghidupkan lagi pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.


Quos mengatakan dirinya diberitahu oleh polisi bahwa dia berada dalam pengawasan. “Mereka mengatakan bahwa hasutan bisa membuat saya dideportasi.”


Pemimpin komunitas setempat itu takut akan dipaksa pergi dari kota kelahirannya itu, saat empat anggota dewan Hamas diusir awal Juni lalu, menyusul pencabutan Izin tinggal untuk kota yang dianeksasi secara ilegal itu.


Direktur Al-Quds Center for Social and Economic Rights, Khaled Abu A’rafeh, mengatakan bahwa menurut daftar yang didapatkan oleh pengacara sebanyak 315 warga Palestina di Yerusalem berada dalam pengawasan dan berisiko dicabut izin tinggalnya.


“Frase dalam daftar itu membahayakan,” ujarnya.


Sebuah studi oleh pusat tersebut baru-baru ini menemukan 90 figur lokal, termasuk ulama, politisi, akademisi, orator Masjid, dan penjaga Al Aqsa telah dilarang mengakses kota itu, dengan beberapa terancam pengusiran.


Beberapa figur terkenal yang dilarang memasuki kota suci itu meliputi pejabat Fatah yang bertanggung jawab untuk urusan Yerusalem, Hatem Abed Al Qader, ketua komisi tinggi Islam, I’kremah Sabri, dan ketua gerakan Islam di Israel, Raed Salah, yang berada di atas kapal Freedom Flotilla menuju Gaza, di mana dia ditahan.

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Menangisi Al Aqsa Dianggap Hasutan Oleh Israel Deskripsi: YERUSALEM – Kepala Masyarakat Penjara Yerusalem dipanggil oleh kepolisian Israel pada hari Minggu (14/6), di mana dia terancam dideportasi d... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►