Rezim Al-Khalifa mengancam para penentang dan mengintimidasi keluarga mereka supaya menghentikan aksi unjuk rasa di Bahrain yang kian meluas di seluruh pelosok negeri ini.
Jurubicara resmi Aliansi 14 Februari, Abd Al-Raouf Al-Shayeb dalam wawancaranya dengan Televisi Al-Alam, hari Rabu (23/3), mengatakan, "Rezim Bahrain mengancam para buruh Bahrain supaya mengakhiri aksi mogok massal. Jika tidak, rezim ini mengancam akan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak-anak dan wanita mereka."
"Intimidasi kasar dan anti-kemanusiaan itu disampaikan secara terus terang oleh para preman yang bertengger di kekuasaan. Dengan cara ini, mereka berharap dapat menghentikan tuntutan legal masyarakat Bahrain, " lanjut Al-Shayeb kepada wartawan Televisi Al-Alam.
Lebih lanjut Al-Shayeb mengatakan, krisis di Bahrain telah mencapai puncaknya. Dikatakannya, "Dalam beberapa jam dan hari mendatang akan ada perkembangan luar biasa di Bahrain."
Menyinggung intervensi militer asing, Al Shayeb mengatakakan, pengerahan pasukan asing dari rezim-rezim Arab tak akan membuat tekad bangsa Bahrain mengendor. Dikatakannya, "Pasukan-pasukan asing masih bercokol di Bahrain. Mereka terus melakukan aksi brutal terhadap masyarakat, bahkan menangkapi para warga, menggeledah rumah-rumah serta memukuli perempuan dan anak-anak."
"Pasukan Arab Saudi bersama pasukan-pasukan keamanan Bahrain tersu berupaya menciptakan suasana mencekam bagi masyarakat Bahrain, " jelas Al-Shayeb.
Beberapa hari lalu, Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatollah Al-Udzam Sayid Ali Khamenei mengatakan, gejolak di Bahrain sama seperti gejolak di negara-negara kawasan.
Dikatakannya, "Masalah Bahrain tidak berbeda dengan masalah Mesir, Tunisia dan Libya. Sebab, masyarakat di Bahrain juga mengalami perlakuan pemerintah yang tak menghiraukan hak-hak mereka."
"Tuntutan mereka hanyalah menggelar pemilu yang setiap satu suara sama dengan satu orang. Apakah ini tuntutan yang berlebihan?!! " jelas Rahbar. (irib)
