TEL AVIV - Media Israel melaporkan pada hari Rabu (7/7) bahwa Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mencoba untuk membujuk komite penghargaan Nobel untuk memberikannya Penghargaan Perdamaian.
Sumber diplomatik di Oslo mengungkapkan Abbas telah merekrut mediator, termasuk Kepala Urusan Yerusalem PLO Ahmed Qrei'a, untuk meyakinkan komite untuk memberinya hadiah, situs berita Israel Ynet melaporkan.
Menurut sumber itu kepada Ynet, Abbas telah menggunakan mediator yang berbeda untuk meyakinkan Komite Nobel Norwegia untuk memberinya penghargaan prestisius tersebut. Sumber juga menambahkan bahwa anggota Komite Nobel telah mendekati ujung kesepakatan dengan asosiasi Abbas, termasuk mantan Perdana Menteri Palestina Ahmed Qurei.
Alasan di belakang permintaan presiden Palestina untuk menerima penghargaan tersebut tidak jelas, karena dia menolak untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama setahun terakhir, menurut Ynet
Mantan penerima penghargaan bergengsi tersebut termasuk mendiang pemimpin Fatah Yasser Arafat , mendiang Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin, Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dan Presiden Israel Shimon Peres.
Nama-nama calon selalu dirahasiakan selama lima puluh tahun penyelengaraan event ini, sehingga rumor yang berkaitan dengan pengumuman nominasi adalah murni spekulatif.
Terlepas dari keinginannya untuk dimasukkan dalam daftar bergengsi penerima Nobel Perdamaian, Abbas dilaporkan telah membuat beberapa pernyataan yang diterima positif oleh Israel baru-baru ini, termasuk kesediaannya untuk membiarkan Israel tetap menguasai Tembok Barat dan setuju untuk pertukaran tanah sekitar 4% dari Tepi Barat. Dia juga bertemu dengan wartawan Israel di Mukataa di Ramallah.
Namun, Mahmoud Abbas sebelumnya mengatakan kemajuan lebih lanjut diperlukan sebelum pembicaraan perdamaian langsung dengan Israel bisa kembali, setelah Barack Obama menyerukan gerakan untuk menuju negosiasi langsung.
Obama berharap bahwa pembicaraan langsung akan dimulai sebelum akhir September setelah pertemuan Gedung Putih dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan itu "waktunya" negosiasi seperti itu untuk dapat berlangsung.
Juru bicara Abbas namun mengatakan: "Presiden Abbas ... menekankan perlunya kemajuan dalam negosiasi tidak langsung mengenai isu-isu inti (perbatasan, keamanan) sebelum pergi ke negosiasi langsung.
"Para pemimpin Palestina menunggu jawaban di perbatasan dan keamanan untuk tahu apakah harus melakukan pembicaraan langsung," kata Abu Rudeina, berbicara dari Addis Ababa di mana Abbas sedang dalam kunjungan resmi.
Obama mengatakan dia berharap kemajuan negosiasi langsung dari perundingan tidak langsung yang ditengahi AS antara Israel dan Palestina akan memenuhi tenggat waktu 1 Oktober untuk mengakhiri pembekuan sebagian permukiman Israel yang tidak relevan.
"Harapan saya adalah bahwa setelah pembicaraan langsung telah dimulai, jauh sebelum moratorium telah habis masa berlakunya, bahwa hal itu akan menciptakan iklim di mana semua orang merasa investasi yang lebih besar dalam keberhasilan," kata Obama.
Netanyahu mengatakan dia siap untuk bertemu Abbas setiap saat, menuding Palestina belum berkomitmen untuk pembicaraan langsung.
Palestina membekukan pembicaraan langsung pada Desember 2008 ketika Israel mulai serangan ofensif Gaza. Pada bulan Mei, perundingan tidak langsung kembali dilakukan melalui mediator AS George Mitchell tetapi tidak berbuah hasil meskipun ada pernyataan Washington tentang "kemajuan". (suaramedia)