Rezim diktator Yaman Ali Abdullah Saleh yang sudah berkuasa lebih dari tiga dekade didesak oleh berbagai kelompok dan partai opsisi Yaman supaya meletakkan jabatan dan hengkang dari kekuasaan.
"Ali Abdullah Saleh hanya berkuasa di wilayah 9 kilometer persegi di kota Sanaa," tegas kelompok-kelompok dan partai oposisi di bawah payung Aliansi Pertemuan Bersama.
Mohammad Qahtan dalam wawancaranya dengan Televis Al Alam, hari Rabu (23/3), mengatakan, " Tidak ada pembicaraaan lagi terkait bertahannya Abdullah Saleh dalam pemerintah dan berbagai usulan untuk menyelesaikan krisis menyusul pembantaian brutal yang terjadi Jumat lalu. Tidak ada lagi acara menyimak berbagai pernyataan Ali Abdullah Saleh. Lengser dari kekuasaan adalah satu -satunya jalan bagi Ali Abdullah Saleh."
"Abdullah Saleh dapat mengundurkan diri dan menjadi warga biasa Yaman. Masyarakat dan penentang anti-rezim Abdullah Saleh berkomitmen atas perlawanan damai mereka. Jika Abdullah Saleh bersikeras tetap berkuasa, maka kita akan memaksanya untuk mundur, " tegas Qahtan
Lebih lanjut Mohammad Qahtan menjelaskan, "Militer Yaman berkomitmen atas undang-undang dasar yang isinya menegaskan penjagaaan atas semua warga. Akan tetapi Ali Abdullah Saleh berupaya mengesankan bahwa militerlah yang melakukan kudeta."
Qahtan juga memperingatkan Ali Abdullah Saleh dan keluaraganya supaya menghindari langkah konyol dan kekerasan terhadap masyarakat. Dikatakannya, "Abullah Saleh hanya mengendalikan kekuasaan di sekitar istana keperesidenan seluas 9 kilometer persegi. Ia memenuhi wilayah itu dengan berbagai senjata berbahaya. Dengan senjata itu, Abdullah Saleh mengancam akan menghanguskan masyarakat."
Menyinggung kemungkinan perang internal, Qahtan menyatakan bahwa perang dalam negeri tidak akan terjadi. Ia juga memprediksikan bahwa masyarakat Yaman, Jumat mendatang, akan bergerak secara damai menuju ke istana kepresidenan di Sanaa. Dengan cara ini, Ali Abdullah Saleh diharapkan bersedia mengundurkan diri dari jabatannya. (irib)