India dan Israel terlibat dalam konspirasi besar yang digagas AS yang dengan sengaja membocorkan lebih dari 90.000 dokumen rahasia perang Afghanistan, demikian dikatakan gerakan Jamaat-e-Islami.
Kepada para wartawan di Swabi, Sekretaris Jenderal Jamaat-e-Islami, Liaqat Baloch menyebut bocornya dokumen WikiLeaks merupakan konspirasi segitiga.
"India dan Israel turut bermain. Meski ada konspirasi segitiga, para pemimpin (Pakistan) tidak juga sadar dan segera memutus hubungan dengan AS," kata Baloch sebagaimana dikutip kantor berita The News.
Seperti diketahui, WikiLeaks telah merilis lebih dari 90.000 dokumen rahasia militer AS, termasuk rincian kematian warga sipil Afghanistan, operasi rahasia terhadap gerakan Taliban dan bukti bahwa Pakistan membantu Taliban dalam mengorganisasi jaringan kelompok militan yang memerangi para prajurit Amerika di medan tempur Afghanistan.
Dokumen yang juga disebut "Buku Harian Perang Afghanistan 2004-2010" tersebut merupakan salah satu kebocoran rahasia terbesar dalam sejarah militer AS.
April lalu, Jamaat-e-Islami mengatakan bahwa biang kerusuhan di Pakistan adalah perusahaan kontraktor keamanan AS, Xe Services, yang dulu dikenal dengan nama Blackwater.
Berbicara di hadapan para wartawan di Peshawar, Qazi Hussein Ahmad mengatakan bahwa situasi di negara tersebut tidak akan pernah berkembang jika pemerintah Pakistan yang berpusat di Islamabad terus menjadi sekutu garis depan Washington.
"Para penguasa (Pakistan) berperang dalam perang AS di jalanan (negara) kita sendiri, yang memicu kerusuhan," katanya.
Ketua Jamaat-e-Islami, Syed Munawar Hassan, mengatakan kepada Press TV bahwa aliansi Pakistan dengan AS merupakan alasan utama di balik serangan bom di seluruh penjuru negara.
"Agen-agen Blackwater yang terkenal keburukannya berada di belakang serangan bunuh diri di negara kita karena AS ingin merusak stabilitas Pakistan, setelah menginvasi negara tetangga Afghanistan," katanya.
Akhir Juli lalu, dikabarkan bahwa Taliban akan memenggal kepala pembocor dokumen WikiLeaks.
Pernyataan itu merupakan tanggapan pertama mereka sejak situs WikiLeaks merilis ribuan dokumen di internet yang menjabarkan secara terperinci mengenai nama-nama dan lokasi para informan anti-Taliban.
Mereka mengatakan, "Kami tahu bagaimana cara menghukum mereka". Kata-kata itu merujuk pada pemenggalan, sebuah hukuman yang biasa dijatuhkan Taliban kepada para pengkhianat.
Pernyataan tersebut muncul setelah para pejabat Inggris mengungkapkan kekhawatiran mengenai nyawa orang-orang yang telah membantu militer Inggris di Afghanistan.
Informan yang namanya muncul dalam dokumen yang dipasang oleh situs web WikiLeaks, memiliki alasan untuk mengkhawatirkan keselamatan mereka, ujar seorang juru bicara Pentagon Juli lalu.
Setidaknya, satu orang yang namanya muncul dalam dokumen itu sudah mengeluh ke pejabat AS di Afghanistan, ujar Kolonel David Lapan.
"Siapa pun yang namanya muncul di dokumen-dokumen itu berpotensi dalam bahaya," ujarnya.
Para agen intelijen di London, Washington, dan Kabul tengah mempelajari ribuan laporan rahasia yang membuat para informan dalam bahaya.
Para pejabat Inggris di Kabul kemudian menyebut rilis dokumen tersebut sebaik-baiknya akan membuat para informan dicurigai dan seburuk-buruknya akan membahayakan nyawa mereka. (Suaramedia.com)