Sebuah organisasi hak asasi manusia (HAM) mengungkapkan bahwa pemukim Yahudi ekstrimis sejauh ini telah merampas 75 bangunan Palestina yang menghadap ke Masjid Aqsa, paling baru adalah rumah keluarga Qersh yang berjarak beberapa meter dari Masjid.
Pusat Yerusalem untuk Hak Sosial dan Ekonomi (JCSE) mengatakan bahwa pemukim Yahudi yang dipimpin oleh Atirat Kohanim, sebuah masyarakat pemukim yang aktif merebut properti Palestina di kota tua Yerusalem.
Dengan mengambil alih rumah keluarga Qersh di kawasan Sadeya, masyarakat pemukim itu berhasil memperluas kontrolnya terhadap properti keempat di arah menara merah di kawasan tersebut.
JCSE mengatakan bahwa rumah yang direbut itu berjarak 200 meter di sebelah utara Masjid Aqsa. Bangunan berlantai dua itu dibangun di atas lahan seluas 1000 meter persegi dan terdiri atas 14 apartemen yang dihuni oleh sembilan keluarga besar Qersh.
Khaled Qersh, salah satu penghuni rumah, mengatakan bahwa keluarganya telah tinggal di rumah itu sejak tahun 1936, atas sewa yang ditandatangani oleh kakeknya dengan pemilik rumah, Sulaiman Daud Handal dari Yerusalem.
Dia menambahkan bahwa di tahun 1987, Atirat Kohanim mengklaim bahwa mereka membeli rumah itu dari ahli waris Handal yang tinggal di Amerika dan keluarga Qersh masuk ke dalam pertarungan hukum dengan masyarakat pemukim di pengadilan Yerusalem dan para pemukim tidak bisa membuktikan klaim mereka.
Para pemukim menggunakan kepergian sebentar keluarga itu dari rumah tersebut saat mereka menghadiri sebuah acara pernikahan dan mendudukinya, meninggalkan 48 orang Palestina tanpa sebuah rumah.
JCSE merilis sebuah laporan yang mendokumentasikan penghancuran beberapa rumah kaca, sebuah tempat pencucian mobil, dan sebuah toko kelontong di kota Hizma dua hari sebelumnya.
Pada hari Selasa dan Rabu dalam minggu yang sama, laporan itu menyebutkan bahwa penghancuran dilakukan terhadap rumah-rumah dan bangunan pertanian, banyak dari mereka yang membayar denda untuk atau dalam proses banding seputar tuduhan konstruksi ilegal di daerah timur laut Yerusalem.
JCSE mengkatalogkan penghancuran itu sebagai berikut:
Sebuah toko bunga dan toko genteng milik Abed Al Aziz Shehada At Tayeb, ayah dari delapan orang anak. Dua bangunan yang berdekatan dan dibangun di atas dua dunum tanah itu dibuldoser.
Tempat pencucian mobil milik Muhammad Al Khatib, yang mengatakan bahwa itu adalah penghancuran kedua kali atas propertinya dalam waktu satu tahun. Penghancuran pertama, lebih dari enam bulan lalu, adalah terhadap satu kios kecil sayuran. Dia memperkirakan kerugiannya sebesar 100,000 shekel (26,448 dolar) untuk kedua penghancuran, dan mengatakan bahwa dirinya tidak menerima perintah penghancuran apapun untuk insiden yang terakhir. "Satu-satunya perintah yang saya terima adalah untuk menjauhkan batu-batu yang saya jual dari jalan utama," ujarnya.
Ghaleb Salah Ad-Din melaporkan penghancuran sebuah gedung pencucian mobil dan gudang peralatan. Ayah dari lima orang anak yang juga membantu orangtuanya dengan pendapatan dari bisnis kecil itu mengatakan cemas akan masa depan keluarganya.
Sebuah rumah kaca dan toko bunga tepi jalan milik Jamal Salah Ad Din juga dihancurkan. Pemiliknya memperkirakan kerugian sebesar 200,000 shekel (52,896 dolar), dan mengatakan dia tidak tahu bahwa penghancuran akan dilakukan karena dia masih membayar denda untuk konstruksi ilegal 430 shekel per bulan. Dia mengatakan telah rutin membayar denda sejak tahun lalu setelah masalah itu dibawa ke pengadilan. (Suaramedia)