DAMASKUS – Presiden Syiria Bashar al-Assad mengatakan Israel dijalankan oleh sebuah pemerintahan tak terkendali dan serangannya terhadap armada bantuan kemanusiaan Gaza meningkatkan risiko terciptanya perang di Timur Tengah.
Serangan pasukan komando Marinir Israel terhadap iring-iringan kapal pembawa bantuan kemanusiaan yang menewaskan sembilan aktivis pro-Palestina asal Turki telah menghancurkan peluang terciptanya perdamaian di masa depan, kata Assad kepada agensi berita BBC dalam sebuah wawancara televisi yang ditayangkan stasiun tersebut pada hari Jum'at (17/6).
Ia mengatakan hal itu bisa terjadi "utamanya karena pemerintah Israel terbukti sebagai pemerintah tukang bakar, dan Anda tidak bisa mencapai (kesepakatan) damai dengan pemerintahan semacam itu."
Israel, yang berada di bawah tekanan internasional, telam membentuk panel beranggotakan lima orang, termasuk dua orang pengamat asing, untuk menyelidiki kejadian-kejadian dalam serangan konvoi Freedom Flotilla yang beranggotakan enam kapal dan bertolak menuju Jalur Gaza pada 31 Mei lalu.
Sembilan orang warga Turki dibunuh ketika pasukan komando Israel menyerbu salah satu kapal yang mengarah ke Gaza, mencoba menembus blokade laut tak berperikemanusiaan Israel.
Israel berdalih bahwa pasukan Marinir mulai menembak setelah "diserang" oleh para aktivis yang "memegang pisau dan tongkat pemukul."
Assad mengatakan bahwa bahkan sebelum penyerbuan tersebut terjadi, ia tidak menganggap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai rekan perdamaian di kawasan Timur Tengah.
"Tidak, kami pastinya tidak punya mitra, kami tahu ini," katanya. "Pemerintahan ini terkadang berbeda dari pemerintahan Israel sebelumnya."
Ketika ditanya apakah serangan terhadap armada bantuan kemanusiaan telah meningkatkan risiko terciptanya perang di kawasan tersebut, Assad menjawab: "Ya, pasti."
"Tapi, sebenarnya sudah ada bahaya sebelum serangan (kapal) ini karena kami punya bukti lain mengenai tujuan pemerintah ini, niatan mereka terhadap perdamaian, mengenai keinginan mereka terhadap Palestina, keinginan untuk menghabisi rakyat Palestina.
"Ini cuku[ untuk membicarakan mengenai bahaya perang di kawasan (Timur Tengah)."
Dalam kesempatan itu, Assad membantah dirinya telah mengirimkan senjata kepada gerakan Hizbullah di Libanon, meski Barat dan Israel menuding dirinya melakukan hal itu.
April lalu, Syiria membantah tudingan AS yang menyebutkan bahwa pihaknya mengirimkan peluru kendali Scud jarak menengah kepada kelompok Hizbullah. Pada hari Kamis, Syiria mengatakan bahwa tudingan tersebut akan dipergunakan Israel sebagai dalih untuk menyerang target-target di Syiria.
Presiden Israel Shimon Peres menuding Syiria mengirimkan rudal Scud jarak jauh kepada Hizbullah. AS mengatakan bahwa pihaknya "amat khawatir" dengan pengiriman persenjataan yang lebih canggih kepada Hizbullah, yang terlibat perang dengan Israel pada tahun 2006.
Israel tidak mampu memberikan bukti untuk mendukung klaim pengiriman senjata kepada Hizbullah tersebut.
"Israel melakukan ini semua untuk meningkatkan ketegangan di kawasan (Timur Tengah) dan menciptakan atmosfer yang memungkinkan Israel melakukan agresi," kata Kementerian Luar Negeri Syiria.
"Republik Arab Syiria menolak tuduhan palsu ini."
Pemerintah Libanon tidak memberikan komentar terkait tuduhan AS, namun anggota parlemen dari Hizbullah, Hassan Fadlallah, mengatakan bahwa komentar Gedung Putih tersebut adalah campur tangan politik.
"Campur tangan Amerika mirip dengan (tuduhan) Israel, Libanon mengecam dan menolak keduanya. Posisi AS seperti inilah yang menjadi ancaman bagi Libanon," kata Fadlallah.(suaramedia)