Hazem al-A'raji, pejabat senior fraksi Sadr Irak, memprotes keras rencana penambahan pegawai Kedutaan Besar Amerika Serikat di Irak hingga tiga kali lipat, seraya mengatakan, "Di dunia mana ada sebuah kedutaan besar yang memiliki 10.000 pegawai? Keberadaan pegawai sebanyak ini sama artinya dengan pendudukan terhadap negara kami."
Kantor berita INN (12/4) melaporkan, al-A'raji mengatakan, "Amerika Serikat mengupayakan rencana pendudukan gaya baru dengan meningkatkan jumlah pegawai kedutaan besarnya hingga 10.000 personil."
Menurutnya, Kedubes AS di Baghdad itu tak ubahnya pendudukan dengan kedok baru.
Sembari melontarkan pertanyaan, "di mana ada sebuah kedutaan besar dengan jumlah pegawai sebanyak itu", al-A'raji menekankan bahwa hubungan dengan Amerika Serikat pasca penarikan mundur pasukannya bahkan harus diputus, mengingat keberadaan pegawai kedubes sebanyak itu sama artinya dengan pendudukan.
Anggota fraksi Sadr di parlemen Irak ini lebih lanjut menjelaskan, "Keputusan pengaktifan kembali Tentara al-Mahdi bertujuan melawan pendudukan dan bukan untuk menyerang warga Irak. Apalagi kelompok Sadr sebelumnya telah membuktikan bahwa nyawa dan darah warga Irak terhormat dan Tentara al-Mahdi tidak membunuh satu warga Irak pun."
Sayap militer fraksi Sadr yaitu Tentara al-Mahdi akan beraktivitas kembali melawan Amerika Serikat jika kesepakatan yang telah ditandatangani oleh Baghdad dan Washington soal penarikan mundur pasukan AS dari Irak tidak terlaksana.
Di lain pihak, Ketua Parlemen Irak, Osama al-Najafi, menyinggung niat Amerika Serikat untuk tetap bercokol di Irak bahkan pasca kesepakatan keamanan Baghdad-Washington (SOFA), seraya mengatakan, "Kesepakatan yang telah ditandatangani tidak dapat diperpanjang."
Menyikapi isu soal kekosongan keamanan pasca penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Irak, al-Najafi mengatakan, "Kemampuan militer Irak akan menutupi kekosongan tersebut."(irib)
