"Raja adil raja disembah raja lalim raja disanggah," begitulah kata peribahasa. Tapi mungkin peribahasa itu untuk zaman sekarang ini lebih cocok diplintir menjadi "raja berkuasa raja diikuti, raja tidak berkuasa raja ditinggalkan."
Tony Blair and Muammar Gaddafi
Ya tidak terlalu peribahasa pendengar tapi ya mungkin bisalah sedikit menggambarkan Inggris dan Libia atau persisnya Inggris dan penguasa Libia, Muammar Gaddafi, yang berulang kali menegaskan tidak akan menyerah sampai titik darah penghabisan untuk menanggapi para pengunjuk rasa.
Sejak unjuk rasa di Libia marak pertengahan Februari -menyusul keberhasilan Tunisia dan Mesir menggulingkan pemimpinnya yang otoriter- sebuah lembaga di Libia memperkirakan 6.000 warga Libia tewas ditembaki ataupun dibom oleh para pendukung Libya. Dan Gaddafi dengan tenang menuding bahwa para pengunjuk rasa itu adalah Al Qaeda, seperti yang berulang kali disebutnya dalam wawancara dengan BBC dan beberapa kantor berita asing lain.
LSE dan Libia
Nah pendengar di tengah-tengah maraknya unjuk rasa di Libia dan kebrutalan Muammar Gaddafi melumat pengunjuk rasa, muncul berita tentang sebuah universitas terkemuka di Inggris, London School of Economy LSE, yang mendapat bantuan sebesar £300.000 atau sekitar Rp3 miliar dari lembaga milik putra Gaddadi, Saif Gaddafi, yang meraih gelar S3 dari universitas itu.
Sejumlah mahasiswa LSE -yang letaknya diseberang kantor BBC World Service- menggelar unjuk rasa dan meminta supaya sebagian dana dari putra Gaddafi yang sempat digunakan itu dikembalikan. Bantuan yang sempat digunakan adalah untuk riset yang berkaitan dengan kawasan Afrika Utara dan pengembangan masyarakat madani di sana. Oh ya, Libya berada di kawasan Afrika Utara.
Seperti kotak pandora pendengar, bermunculan masalah berkaitan dengan Gaddafi. Beberapa hari lalu juga LSE menegaskan akan melakukan penyelidikan atas tuduhan bahwa Saif Gaddafi melakukan plagiat untuk tesis doktoralnya. Tamat program master untuk filsafat, nilai sosial dan politik, Said Gaddafi melanjutkan studi doktoral di bidang Filsafat dengan tesis: Peran Masyrakat Madani dalam Demokratisasi Lembaga Pemerintahan Global.
Mungkin karena berita Libia sedang ramai-ramainya di hampir semua media Inggris, tampaknya ada kecenderungan untuk mengorek-ngorek terus kaitan antara Libya dan LSE tadi dan kemarin sore muncul lagi berita tentang kesiapan LSE untuk melatih para 'elite masa depan' Libya senilai £1 juta, atau kira-kira Rp15 miliar.
Seperti dilaporkan koran sore Evening Standard, LSE sudah mengaku memang ada kesepakatan itu, yang menurut bocoran Wikileaks akan membawa 400 para calon pemimpin Libia masa depan untuk pelatihan kepemimpinan dan manajemen, di Inggris sementara 250 calon pemimpin lain akan dilatih di Libia.
Arah Tony Blair
LSE mungkin hanya mengikuti arah angin saja. Di bawah Perdana Menteri Tony Blair, pemerintah Inggris membina hubungan yang lebih akrab dengan Libia. Bahkan pertengahan 2007, Blair datang langsung ke Libia dan berjabat tangan dengan Muammar Gaddafi, yang sepertinya lebih membuka diri dengan dunia Barat.
Mungkin dengan pertanda itu, orang atau lembaga Inggris lebih membuka diri juga terhadap Muammar Gaddafi. Apalagi pemerintah Inggris kemudian memulangkan pembom asal Libia, Abdelbaset Ali al-Megrahi -yang dijatuhi hukuman seunur hidup karena pemboman atas pesawat Pan Am tahun 1988 di atas Skotlandia yang menewaskan 270 orang.
Tahun 2009 Al-Megrahi dipulangkan ke Libia dengan alasan kesehatannya memburuk dan nyawanya tinggal beberapa bulan lagi. Tapi seluruh dunia tahu bahwa sampai saat ini al-Megraghi masih hidup. Banyak yang menduga pemulangan itu berkaitan dengan kepentingan bisnis minyak Inggris di Libia.
Jadi kalau pemerintah saja bisa berbaikan dengan Gaddafi, tentulah warga boleh-boleh saja ikut petunjuk pemimpinnya. Sialnya, kekuasaan Gaddafi sedang terancam dan wajah aslinya keluar kembali dari balik bulu dombanya.
Sebenarnya penyanyi Beyonce juga pernah berkiatan dengan Gaddafi. Dia diundang untuk perayaan malam tahun baru 2009 keluarga Gadddafi, namun seluruh bayarannya disumbangkan ke korban gempa Haiti awal 2010.
Waktu gempa mengguncang Haiti, jelas Gaddafi masih jaya-jayanya dan belum ada unjuk rasa tapi Beyonce sudah langsung cuci tangan. LSE sepertinya telat cuci tangan dan Direktur LSE, Sir Howard Davies, harus membayar mahal. Jumat 4 Maret 2011, dia mengundurkan diri dengan mengatakan bertanggungjawab atas tercemarnya reputasi LSE karena kaitan dengan Gaddafi.
Sampai mengundurkan diri? Siapa tahu beberapa diantara anda bertanya. Dan saya tegaskan "ya, di Inggris.".(Liston P Siregar)
bbc.co.uk