Lengsernya Mubarak oleh aksi demonstrsi, disambut suka cita oleh semua rakyat Mesir. Namun, ternyata yang paling gembira adalah kaum gay negeri itu. Sebabnya? Usut punya usut, ternyata menurut bikyamasyr, Tahrir Square (dalam bahasa Arab artinya "Square Pembebasan"), selama bertahun-tahun telah menjadi kiblat bagi kaum gay.
Orang-orang gay yang berada di antara jutaan warga Mesir yang tengah larut dalam revolusi juga menuntut demokrasi dan kebebasan.
Sekadar informasi saja, revolusi Mesir juga dimotori oleh seorang gay terdidik yang berusia 22 tahun. Ia juga merupakan mahasiswa kedokteran yang menggunakan nama samaran Ice Queer. Ia termasuk rajin menyebarkan berbagai tulisan di internet yang membakar semangat rakyat Mesir. Termasuk Jumat lalu, 11 Februari, ketika Mubarak akhirnya jatuh.
Apa yang menyebabkan Ice Queer begitu termovitasi untuk bergabung dengan gerakan revolusi ini dan membantu memobilisasi demonstrasi?
"Karena kami muak terhadap Mubarak dan rezimnya," kata Queer kepada Gay City News dalam sebuah wawancara yang dilakukan melalui serangkaian pertukaran email. "Saya mulai berpartisipasi setelah saya memastikan bahwa protes tidak memiliki agenda politik atau agama dari pihak manapun, dan bahwa semua demonstran memprotes karena kita adalah rakyat Mesir dan manusia yang telah tertindas selama puluhan tahun!
"Juga hal itu memberi saya dan orang lain rasa memiliki yang besar, karena selama bertahun-tahun sebagian besar masyarakat Mesir ditindas kekuatan!"
Pada hari pertama protes di Tahrir Square, Es Queer berkata, "Saya memegang papan bertuliskan 'sekuler' dalam bahasa Arab, Inggris, dan Prancis, dan juga teman-teman saya baik yang normal, gay, gadis, Kristen, dan Muslim. Kami membawa slogan yang sama, dan kami menyanyikan hal yang sama, karena protes ini adalah untuk rakyat, bukan untuk partai atau agama." (ER)