Arab Saudi menjadi tuan rumah sidang tingkat menteri di Forum Energi Internasional (IEF). Sidang ini digelar hari Selasa (23/2) di Riyadh. Seperti diprediksikan sebelumnya, Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi menyatakan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) siap mensuplai kekurangan minyak dunia akibat instabilitas Timur Tengah saat ini.
Al-Naimi menekankan, meski terdapat kekhawatiran atas menurunnya pasokan minyak akibat instabilitas di kawasan Timur Tengah, namun hingga saat ini belum ada laporan kekurangan minyak di pasar dunia.
Keanggotaan Libya di OPEC di satu sisi dan mandegnya produksi minyak di negara ini termasuk faktor yang berperan di pasan minyak dunia. Sejak dimulainya kebangkitan rakyat Mesir, harga minyak mengalami kenaikan 4,27 dolar menjadi 92,83 dolar perbarel. Kemarin harga ini tiba-tiba melonjak menembus angka 100,59 dolar perbarel. Kenaikan ini disebabkan aksi brutal jet-jet tempur Libya yang membombardir massa anti pemerintah. Dipresidiksikan, produksi minyak Libya akan mengalami kesulitan besar jika brutalitas pemerintah Tripoli terhadap para demonstran semakin hebat.
Dalam laporan OPEC bulan Februari, Libya menempati urutan ketiga produsen minyak terbesar di benua Afrika. Negara ini setiap harinya memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak dan mengekspornya ke negara Eropa termasuk Italia, Perancis, Spanyol dan Jerman. Sebaliknya pemerintahan Gaddafi dalam beberapa tahun terakhir mendapat imbalan perlengkapan militer dari Eropa, demikian menurut laporan resmi Uni Eropa. Menurut sumber ini, pada tahun 2009 Libya membeli senjata dan perlengkapan militer dari Jerman senilai 43,2 juta dolar. Adapun dari Inggris, Gaddafi membeli senjata senilai 20,7 juta dolar.
Dukungan besar Barat dan Eropa terhadap Gaddafi membuat sejumlah laporan mengenai terlibatnya pilot dan pesawat tempur Italia dalam membombardir demonstran Libya dipercayai publik Arab. Di sisi lain, langkah awal yang ditempuh Eropa menyikapi brutalitas Gaddafi bukannya memberikan kecaman, namun malah mengevakuasi warga Eropa dari Libya. Eropa hanya cukup menyampaikan penyesalannya.
Catherine Ashton, ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa hari Selasa (23/2) dalam pernyataannya hanya menyesalkan terjadinya korban di pihak demonstran Libya dan mengatakan, Uni Eropa menangguhkan kesepakatannya dengan Tripoli. Ashton pun tidak memberikan perincian penangguhan kesepakatan ini. Oleh karena itu, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Eropa tetap mengkhawatirkan suplai minyak dari Libya. (IRIB/IRNA/MF)