Telegram-telegram diplomatik AS yang bocor mengungkapkan rasa frustrasi China terhadap sekutu komunisnya, Korea Utara, dan mengungkapkan spekulasi bahwa Beijing akan menerima Korea yang bersatu di bawah kendali Korea Selatan di masa mendatang.
Memo-memo tersebut mengindikasikan para diplomat AS dan Korea Selatan mengenai sikap China terhadap keselamatan rezim komunis yang miskin dan terisolasi di Pyongyang.
Dokumen-dokumen tersebut dirilis setelah terjadi ketegangan di kawasan tersebut saat Korea Utara menembakkan artileri ke arah sebuah pulau Korea Selatan yang menewaskan empat orang sepekan lalu.
Rezim komunis tersebut juga memperingatkan bahwa latihan gabungan AS-Korsel yang dilakukan pekan ini mendorong kawasan Semenanjung Korea ke arah peperangan.
“China tidak akan bermasalah dengan Korea bersatu yang dikendalikan Seoul dan menjalin persekutuan dengan AS, selama Korea tidak bersikap keras terhadap China,” kata Chun Yung-woo, mantan wakil menteri luar negeri Korsel kepada Duta Besar AS untuk Korsel, Kathleen Stephens, Februari lalu.
Tapi, telegram-telegram diplomatik tersebut berisi peringatan bahwa China tidak akan menerima kehadiran pasukan AS di utara zona bebas militer yang saat ini menjadi pembatas kedua Korea.
Chun mengatakan, peluang ekonomi di Korea yang bersatu bisa mendapatkan persetujuan diam-diam dari China.
Chun memprediksikan bahwa pemerintah di Pyongyang tidak akan bertahan lebih dari tiga tahun setelah meninggalnya pemimpin Korut, Kim Jong Il yang sakit-sakitan dan berniat menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Kim Jong Un yang pengetahuannya masih awam di usianya yang baru 20-an tahun.
Meski China ingin mempertahankan status quo, China tidak bisa banyak berbuat untuk menghentikan ambruk dan menurunnya pengaruh terhadap pemerintah Pyongyang seperti yang banyak diyakini.
“Beijing ‘tidak punya keinginan’ untuk menggunakan pengaruh ekonominya guna memaksakan perubahan kebijakan Korut,” kata Chun. Ia menambahkan bahwa pemimpin Korut akan terus menolak membongkar program nuklirnya karena tidak ada pendekatan yang lebih kuat dari China.
Chun juga membantah kemungkinan terjadi intervensi militer dari China jika Korut mengancam menyerang dan mengakibatkan kekacauan.
China bersiap menangani pecahnya kerusuhan di sepanjang perbatasan yang bisa terjadi setelah runtuhnya rezim tersebut. Para pejabat China mengaku bisa mengatasi hingga 300.000 orang pengungsi, tapi mungkin harus menutup perbatasan untuk menjaga ketertiban, demikian tertuang dalam memo-memo tersebut, mengutip pernyataan seorang perwakilan kelompok bantuan internasional yang tidak disebutkan namanya.
Para pejabat China juga dikutip saat menggunakan bahasa ejekan untuk menyebut Korea Utara. Hal itu menandakan ada ketagangan antara dua negara bertetanga tersebut, berlawanan dengan pernyataan-pernyataan resmi yang menekankan kuatnya hubungan sejarah.
Mantan deputi menlu China He Yafei pada bulan April 2009 memberitahu seorang pejabat AS bahwa Pyongyang bertingkah seperti “anak manja” dengan melakukan uji coba nuklir untuk meloloskan tuntutannya melakukan pembicaraan langsung dengan Washington.
Menlu AS Hillary Rodham Clinton pada hari Senin waktu setempat menyatakan bahwa WikiLeaks bertindak ilegal dengan memublikasikan materi yang dirahasiakan. Para diplomat AS dari seluruh dunia mengatakan bahwa kebocoran itu membahayakan keamanan nasional, para diplomat, aset-aset intelijen, serta hubungan antara negara-negara asing. (