Rusia mengatakan larangan penjualan sistem rudal dan pesawat ke Iran tidak berarti penghentian kerjasama militer antara Moskow dan Tehran.
"Kami tidak menambah sesuatu ke dalam daftar itu (daftar kerjasama militer), namun dalam segala hal, kami tidak akan punya kerjasama militer lebih dengan Iran," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov seperti dilaporkan Press TV hari ini (Kamis,23/9).
"Namun ada bentuk-bentuk lain kerjasama militer yang masih diperbolehkan," tambahnya kepada wartawan di New York tanpa menjelaskan lebih lanjut jenis kerjasama yang dimaksud.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Rabu (22/9) menandatangani sebuah dekrit larangan pengiriman sistem pertahanan rudal canggih S-300 kepada Iran.
Menyusul pembatalan itu, Iran mengumumkan tekad mereka untuk membangun sistem pertahanan rudal dalam negeri yang mirip dengan sistem pertahanan rudal Rusia.
Sesuai dengan kontrak yang ditandatangani pada tahun 2005, Rusia berkewajiban menyerahkan sedikitnya lima unit sistem pertahanan udara S-300 ke Iran. Tehran telah berkali-kali mengkritik Moskow atas penundaan penyerahan pesanan Iran tersebut.
Sistem pertahanan udara itu dikenal di Barat dengan sebutan SA-20. Sistem rudal itu mampu menghalau dan menembak sasaran pada jarak 120 km. Kemampuan lain sistem pertahanan rudal tersebut adalah menghalau 100 target secara bersamaan.
Sementara itu Amerika Serikat menyambut keputusan presiden Rusia untuk melarang pengiriman sistem rudal pertahanan udara S-300 dan senjata-senjata lainnya ke Iran, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Jurubicara Dewan Keamanan Nasional AS, Mike Hammer menyambut baik langkah tersebut sebagai "pelaksanaan yang taat dan tegas atas resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1929," sebagaimana dikutip dari RIA Novosti. (Irib.ir)