Gedung Putih menolak tantangan debat terbuka yang dilontarkan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hari Senin kemarin. Alih-alih memenuhi tantangan itu, AS berdalih bahwa tantangan Ahmadinejad menunjukkan bahwa sanksi-sanksi PBB terhadap Iran mulai mulai dirasakan dampaknya oleh Negeri Para Mullah itu.
"Kami selalu mengatakan bahwa kami bersedia untuk duduk bersama dan mendiskusikan program nuklir Iran jika Iran serius soal masalah ini. Tapi sampai hari ini, keseriusan itu tidak ada," kata Juru bicara Gedung Putih Robert Gibs beralasan.
Faktanya, diskusi yang ditawarkan AS disertai oleh persyaratan yang hanya menguntungkan AS dan sekutu-sekutunya dan AS mengabaikan kenyataan bahwa berdasarkan pemantauan Badan Energi Atom Internasional dan laporan sejumlah lembaga intelijen di AS, Iran masih jauh dari kemampuan untuk membuat senjata nuklir.
"Sanksi-sanksi yang dikenakan pada Iran mulai menimbulkan dampak, karena sikap pemerintah Iran berubah-ubah soal wacana dialog terkait program nuklir mereka," sambung Gibs.
Sementara, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang menantang Presiden Barack Obama untuk melakukan debat terbuka mengatakan bahwa pemerintahan Obama "lebih mencintai kaum Zionis" dan melewatkan "kesempatan bersejarah" untuk memulihkan hubungan AS dengan Iran.
Dalam sistem yang demokratis, debat merupakan cara yang beradab untuk saling bertukar pendapat tentang sebuah persoalan. Tapi pemerintahan AS yang selama ini mengklaim sebagai negara demokratis ternyata tak punya cukup nyali untuk bersikap "lebih beradab" terhadap sesama negara yang ada di muka bumi ini. (ln/bbc) (eramuslim.com)