Perusahaan hubungan masyarakat skala kecil, tetapi memiliki hubungan baik dengan Washington, The Harbour Group, dilaporkan membantu organisasi perlawanan paling utama di Libya. Hal itu untuk menaikkan citra mereka di kalangan pers dan politikus di ibu kota AS tersebut.
Sementara itu, pertempuran sengit berlanjut di banyak kota di Libya, Jumat (8/4). Menurut badan dana anak PBB (Unicef), anak-anak menjadi korban kekerasan senjata di Misrata, kota besar ketiga di Libya. Anak-anak menjadi sasaran para penembak jitu. Kota dikuasai loyalis Moammar Khadafy.
Menurut pemimpin The Harbour Group (THG), Richard Mintz, pihaknya tak mendapat upah dari pekerjaannya membantu kantor Dewan Nasional Transisi oposisi Libya di Washington yang dipimpin Ali Aujali. Ali meletakkan jabatan Duta Besar Libya untuk AS, Februari lalu. ”Kami dengan sukarela menyisihkan waktu kami,” kata Mintz.
Tiga pemimpin THG berasal dari politikus kawakan Demokrat dan Republik. Perusahaan mengatur pembicaraan yang dipimpin Ali dan dihadiri banyak orang beberapa waktu lalu di Center for American Progress, kelompok pemikir liberal yang dekat dengan Presiden Barack Obama.
Selanjutnya, THG menyatakan di jejaring sosialnya bahwa organisasi itu adalah ”butik buat perusahaan hubungan masyarakat” yang mengkhususkan diri pada ”pemikiran strategi cerdik dan pelaksanaan tanpa kendala”.
Sejumlah laporan yang diajukan THG ke Departemen Kehakiman AS memperlihatkan, organisasi itu telah mewakili banyak pihak membina hubungan dengan Uni Emirat Arab. Untuk itu, THG mengenakan biaya kepada pemerintah Abu Dhabi lebih dari 500.000 dollar AS antara April dan Desember 2009.
Satu biografi Mintz di jejaring perusahaan itu menyatakan ia bertugas sebagai direktur staf Hillary Clinton selama kampanye suaminya, Bill Clinton, pada 1992. Belakangan ia menjadi kepala urusan humas Departemen Perhubungan selama masa pemerintahan Bill Clinton.
Pemimpin THG lainnya, Richard Marcus, membantu ”memikirkan berbagai strategi hubungan media” pada tiga konvensi presiden Partai Demokrat, katanya. Pemimpin ketiga, John Buckley, adalah tokoh terkenal di sayap Republik konservatif dan bekerja sebagai juru bicara kampanye Presiden Ronald Reagan, Jack Kemp, dan Bob Dole.
Jalan buntu
Pasukan loyalis Khadafy, Jumat, menembakkan enam rudal di pintu masuk barat Ajdabiya. Khadafy masih sangat tangguh. Pasukan oposisi terpaksa mundur kembali ke pusat kota. Menghadapi guyuran tembakan rudal, para oposan panik dan kemudian mundur 7 km ke pusat kota.
Tekanan dari loyalis Khadafy terhadap oposisi juga terjadi di kota-kota lain, baik di Libya timur maupun di barat. Hari Jumat pertempuran juga terjadi Misrata, kota besar ketiga setelah Tripoli dan Benghazi. Tripoli di Libya barat menjadi basis Khadafy. Benghazi di Libya timur adalah basis pertahanan oposisi.
Unicef menjelaskan, kekerasan senjata di Misrata telah menargetkan anak-anak. Para penembak jitu dari kubu loyalis bertebaran di atap bangunan rumah dan gedung tinggi. Aksi mereka menyebabkan banyak anak tewas dan terluka. Kota itu semula dikuasai oposisi, tetapi dalam sepekan terakhir jatuh ke tangan loyalis Khadafy.
Ratusan warga tewas dan terluka akibat serangan loyalis Khadafy di Misrata. Unicef mengabarkan, warga kekurangan air bersih, pangan, dan obat-obatan. ”Kami mendapat laporan yang bisa diandalkan dan konsisten, anak-anak menjadi korban penembakan para penembak jitu di Misrata,” kata juru bicara Unicef, Marixie Mercado, Jumat.
Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tengah memimpin operasi penegakan zona larangan terbang di Libya justru menjadi masalah baru bagi oposisi. Sebab, NATO sudah dua kali melakukan kesalahan dalam menargetkan serangan. Bukannya menyerang loyalis Khadafy, tetapi basis pertahanan oposisi.
Sekjen NATO Anders Fogh Rassmussen menyatakan penyesalan atas dua kali serangan salah sasaran, yakni di Brega dan Ajdabiya. Dia menyatakan turut berdukacita atas kematian akibat bom aliansi yang disebutnya ”insiden yang disayangkan”.
Perdebatan seru terjadi dalam sidang Senat di Washington, Kamis. Bagaimana menyikapi oposisi yang minim senjata dan lemah sumber daya anggotanya menghadapi Khadafy yang masih tetap kuat meski telah dilancarkan dengan serangan udara?
Jenderal Carter Ham, pemimpin operasi koalisi Barat sebelum Washington menyerahkan perintah untuk NATO, menjawab, AS tidak boleh mempersenjatai oposisi selama belum teridentifikasi baik siapa oposisi itu. Dia khawatir adanya jaringan Al Qaeda.
Terhadap pernyataan senator John McCain, Ham membenarkan terjadi jalan buntu di Libya.
”Jadi, sekarang kita menghadapi jalan buntu, yang berarti Khadafy tetap berkuasa,” kata McCain. Menjawab senator Lindsey Graham bagaimana krisis Libya berakhir, Ham mengatakan bukan dengan pendekatan militer.
sumber: kompascetak