CANBERRA - Departemen luar negeri Australia menyatakan bahwa pemerintah telah menyelidiki laporan tentang adanya satu lagi paspor Australia yang terkait dengan pembunuhan pemimpin Hamas, Mahmud Al-Mabhouh, di Dubai. Sejauh ini, terdapat empat paspor Australia yang terkait dengan pembunuhan Mabhouh dan agen-agen badan rahasia Israel, Mossad, diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut.
“(Departemen) mengathui adanya laporan bahwa para petugas di UAE telah mengidentifikasi lima tersangka baru yang terkait dengan pembunuhan di Dubai atas tokoh senior Hamas, Mahmud Al-Mabhouh,” kata seorang juru bicara kepada kantor berita AFP.
“Laporan tersebut menyatakan bahwa para tersangka ini menggunakan paspor Australia, Inggris, dan Prancis. Kami berusaha untuk mendapatkan akurasi laporan tersebut.”
Menurut juru bicara tersebut, jika laporan itu terbukti, maka perkembangan yang ada akan menjadi “keprihatinan yang besar”.
“Pemerintah mengutuk penyalahgunaan paspor yang paling mungkin dilakukan,” kata juru bicara tersebut. Ia menambahkan bahwa pemerintah Australia “berhubungan dekat” dengan para petugas di Dubai yang sedang melakukan penyelidikan.
Canberra menyatakan bahwa nama keempat orang pemilik paspor Australia telah diungkapkan. Semua orang tersebut merupakan korban penipuan. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith, menyerahkan perihal penyelidikan kasus tersebut kepada badan rahasia nasional.
Pada bulan Februari, pihak kepolisian Dubai merilis foto-foto beserta nama para pemilik paspor yang diduga merupakan anggota kelompok pengeksekusi Mabhouh.
Para pembunuh Mabhouh memanfaatkan identitas dari 12 orang yang berasal dari Inggris, Prancis, Jerman, Irlandia, dan Australia. Inggris dan Australia menjadi gusar.
Inggris mengusir diplomat Israel. Australia memanggil duta besar Israel dan memperingatkan bahwa hubungan Australia-Israel berada di ujung tanduk akibat perkara pembunuhan Mabhouh.
Paspor Australia keempat yang terlibat dalam kasus pembunuhan Mabhouh telah diungkap pada tanggal 9 Maret yang lalu. Pada tanggal tersebut, Smith menyebutkan nama Joshua Krycer sebagai identitas yang tercantum pada paspor tersebut. Demi mencari kejelasan mengenai empat paspor Australia yang disalahgunakan dalam pembunuhan Mabhouh, sebuah tim Kepolisian Federal Australia dan para petugas Kantor Paspor Australia pergi ke Israel.
“Penyelidikan oleh Kepolisian Federal Australia dan Kantor Paspor Australia mengindikasikan adanya paspor lebih lanjut yang ada di Dubai telah diduplikasi secara tidak sah, sebagaimana kasus tiga paspor inisial lainnya.” Demikian kata Smith dalam kesempatan itu.
Menurut laporan-laporan dari Australia, Krycer adalah seorang speech pathologist yang bekerja di sebuah rumah sakit di Yerusalem.
Jumlah tersangka pembunuh Mabhouh terus berkembang. Sebelum bulan Maret, jumlah tersangka tersebut adalah 26 orang. Pada tanggal 1 Maret, Letnan Jenderal Dahi Khalfan Tamim, Kepala Kepolisian Dubai, mengatakan kepada para jurnalis bahwa terdapat satu lagi tersangka Eropa yang telah diidentifikasi. Terdapat pula seorang tersangka yang merupakan orang Palestina. Dengan demikian, jumlah tersangka pembunuh Mabhouh berkembang dari 26 menjadi 28 orang.
Menurut Dahi, jika ada orang yang mengatakan bahwa identitasnya telah dicuri dan disalahgunakan oleh para pembunuh, itu bukan berarti orang tersebut merupakan korban dalam kasus Mabhouh.
“Bisa saja mereka merupakan kolaborator”, kata Dahi saat itu.
Dalam kesempatan itu, Dahi menyatakan bahwa negara-negara Eropa dan Australia bekerjasama dengan Uni Emirat Arab (UEA) dalam kasus pembunuhan Mabhouh.
Sejauh ini, pihak kepolisian Dubai menyimpulkan bahwa Mabhouh dibunuh dengan menggunakan succinylcholine, atau dikenal juga sebagai suxamethoniumchloride.
Menurut pihak kepolisian Dubai, mereka menemukan bekas suntikan di kaki Mabhouh. Uji forensik membuktikan adanya senyawa tersebut dalam tubuh Mabhouh. Mengingat Mabhouh adalah seorang pria berbadan besar, dan dengan demikian ia akan sulit untuk ditaklukkan secara fisik, para pembunuh menyuntikkan succinylcholine untuk menenangkan Mabhouh.
Dengan memanfaatkan succinylcholine, para pembunuh menciptakan kesan bahwa Mahbhouh meninggal secara wajar, bukan dibunuh. Tak ada tanda-tanda perlawanan dalam kematian Mabhouh. (suaramedia)