Washington - Amerika Serikat pekan depan berusaha menenangkan kegelisahan publik dengan Presiden Hamid Karzai, namun juga menyatakan secara tidak langsung bahwa persekutuan dengan Afghanistan tidak semata-mata dicerminkan oleh gejolak hubungan dengan negara itu.
Presiden Barack Obama akan menyambut Karzai di Gedung Putih Rabu, yang merupakan titik puncak kunjungan, di mana menggambarkan upaya ke duanya untuk mengatasi perselisihan publik yang memalukan bulan lalu.
Namun pemimpin Afghanistan juga akan membawa delegasi besar yang akan disambut dengan karpet merah di departemen-departemen pemerintah AS, dalam isyarat lain bahwa Washington waspada dalam menempatkan kepentingannya di Afghanistan pada Karzai saja.
"Salah satu yang ingin kami garis bawahi dengan kunjungan ini adalah berkembangnya lagi kemitraan strategis yang sangat luas," kata Ben Rhodes, wakil penasehat keamanan nasional Obama untuk strategi komunikasi.
"Kerja sama yang kami miliki dengan Afghanistan juga meluas ke banyak sektor."
"Kami mengakui bahwa perkembangan di Afghanistan sangat tergantung kerja sama dengan menteri-menteri Afghanistan, di samping dengan banyak penjabat tingkat lebih rendah dan juga tingkat daerah."
Karzai akan tiba di Washington Senin, dan akan mengadakan pembicaraan mendalam di Departemen Luar Negeri dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, pada hari berikutnya.
Dia dijadwalkan melakukan pembicaraan tiga jam dengan Obama di Gedung Putih, Rabu. Tidak biasanya waktu yang cukup lama itu dialokasikan untuk Obama dan pemimpin asing.
Gedung Putih mengatakan, kedua pemimpin akan mengadakan pembicaraan di Kantor Oval, menyelenggarakan konferensi pers bersama dan kemudian makan siang.
Pada Kamis, Karzai akan mengunjungi Pemakaman Arlington, di mana sejumlah tentara Amerika Serikat yang tewas dalam perang Afghanistan dikuburkan.
Para penjabat AS menjelaskan, pada saat Obama melakukan kunjungan mengejutkan ke Afghanistan, mereka tidak senang dengan kinerja Karzai sejak dia memulai periode kedua pemerintahannya pada November.
Karzai tampaknya kesal atas kecaman-kecaman AS, dan setelah presiden AS pulang, memberondongkan rangkaian kemarahan dengan menuduh negara-negara asing mengatur korupsi di dalam pemilihan presiden, yang kemarahan itu dikesampingkan oleh Washington.
Karena itu rencana kunjungan Karzai 12 Mei sempat diragukan.(antara)