Showing posts with label Suriah. Show all posts
Showing posts with label Suriah. Show all posts

7 May 2013

Terroris Suriah Gunakan Senjata Kimia

suriahPenyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk masalah hak asasi manusia, Carla del Ponte, menyatakan pemberontak Suriah telah menggunakan senyawa kimia mematikan untuk melawan rezim pemerintahan Presiden Suriah Basyar al-Assad. Kesimpulan ini didapat setelah mengumpulkan bukti dari para korban dan dokter.

"Menurut kesaksian yang kami kumpulkan, para pemberontak telah menggunakan senjata kimia dengan memanfaatkan gas sarin," kata Carla del Ponte, seperti dilansir situs asiaone.com, Senin (6/5).

Dia mengatakan meskipun pihaknya masih belum menemukan bukti tidak terbantahkan, namun dia menyebut sangat kuat kecurigaan gas sarin memang telah digunakan.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kecurigaan dari dunia Barat bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia dalam konflik sudah berlangsung 26 bulan itu, serta serangan militer Israel ke Ibu Kota Damaskus akhir pekan kemarin.

"Sejauh komisi PBB memiliki kemampuan untuk menentukan, maka kami menyatakan gas sarin telah digunakan oleh pihak ppemberontak bukan oleh pemerintah," ujar Carla saat diwawancarai dengan radio Swiss RSI. "Hal ini tidak mengherankan sebab pihak pemberontak telah disusupi asing."

Namun, dia mengatakan bahwa penyelidikan masih belum selesai. Dia juga menambahkan pihaknya tidak mengecualikan adanya penggunaan senjata kimia oleh pemerintah.

Carla merupakan mantan jaksa penuntut untuk masalah kejahatan perang dan anggota komisi PBB untuk penyelidikan di Suriah.

Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah sudah sangat berbahaya. Namun, Obama menekankan agar semuanya dilakukan berdasarkan bukti lebih lanjut sebelum mengambil tindakan.

Komisi penyelidikan ini akan kembali melaporkan temuan mereka terkait situasi di Suriah pada akhir Mei mendatang dan akan menyajikan temuan mereka kepada dewan hak asasi manusia PBB di persidangan berikutnya pada Juni mendatang.

Senyawa kimia sarin merupakan sebuah zat beracun yang beraksi dalam sel saraf. Sarin dikembangkan oleh para ilmuwan Nazi pada 1930-an.

26 Mar 2013

Terbongkar, CIA Ternyata Persenjatai Pemberontak Suriah

Image634998806158291525Peranan Amerika Serikat dalam pemberontakan yang dilakukan di Suriah, ternyata tidak hanya pada dukungan politis semata. Dukungan (CIA) lembaga intelijen AS kepada kaum pemberontak, terbongkar.

Terungkapnya peranan CIA tersebut diungkapkan New York Times dalam laporannya, Senin (25/3) waktu setempat. CIA berada di tengah-tengah Arab dan Turki yang sama-sama mendukung tergulingntya rezim Bashar al-Assad.

Dalam laporan itu, disebutkan CIA berperan dalam mengakomodir lalu lintas persenjataan untuk oposisi. Sejumlah pejabat pihak oposisi juga mengkonfirmasi adanya bantuan CIA.

Proses pengangkutan senjata yang awalnya dalam skala kecil pada awal 2012, meningkat tajam belakangan ini. Sebanyak 160 penerbangan kargo militer dari Jordania, Arab Saudi dan Qatar diduga 'diamankan' oleh CIA.

CIA juga diduga membantu pengadaan senjata secara besar-besaran dari Kroasia. Lembaga intelijen ini lantas menentukan oposisi mana saja yang berhak menerima bantuan senjata.

Kelompok oposisi Suriah gencar melakukan serangan kepada rezim Bashar sejak dua tahun silam. Awalnya, aksi protes warga yang semula damai berubah menjadi peran yang memanas.

8 Apr 2012

Mengungkap Skandal Media Dalam Kerusuhan Suriah

Seorang jurnalis Suriah mengungkapkan bahwa media internasional tengah melakukan gerakan yang bertujuan mendistorsi fakta-fakta lapangan yang terjadi di Suriah. Mereka menunjukkan seolah-olah Tentara Suriah lah yang menyebabkan terjadinya pertumpahan darah. Demikian laporan Press TV.

Sabtu lalu (7/4/2012), kepada koresponden Press TV di damaskus, Rafik Lutf yang merupakan anggota Uni Jurnalis Arab di AS mengatakan bahwa saluran berita CNN dan Al-Jazeera dan saluran berita satelit Barat dan Arab lainnya tengah mengarang berita di Suriah dengan menekankan perlunya membantu kelompok-kelompok bersenjata penentang pemerintah di Suriah.

Lutf mengatakan langkah itu dilakukan agar Angkatan Darat Suriah dinilai bersalah karena melanggar hak-hak warga sipil.

Awalnya, Lutf merasa curiga pada liputan langsung Kota Homs di barat Suriah. Dia pun mengikuti acara tersebut. Setelah 12 jam, terjadi ledakan dan gumpalan asap terlihat naik di jalur minyak kota Homs yang disorot kru CNN dan Al-Jazeera. Ketika wartawan CNN, Arwa Damon pergi ke tempat kejadian untuk menyaksikan secara langsung apa yang terjadi, TV CNN dan Al-Jazeera malah menayangkan beberapa gambar di Kota Homs yang sebelumnya sudah direkam kamera sebelum terjadi ledakan.

Lutf mengambil kesimpulan bahwa krus CNN sejak awal sudah tahu tentang ledakan tersebut. Bahkan sebelum ledakan terjadi.

“Saya mengetahuinya dari kamera. Live streming kamera menunjukkan CNN terlibat dalam ledakan pipa minyak di Homs. Awalnya saya tidak tahu siapa yang men-syuting, tapi kemudian saya lihat kamera tetap itu milik CNN. AL-Jazeera juga terlibat dalam ledakan ini,” kata Lutf.

Menurut Lutf, CNN berusaha meyakinkan publik bahwa pemerintah Suriah menembaki Homs.

Al-Jazeera bahkan memalsukan suara tembakan selama liputan langsung dan menayangkan gambar palsu yag menunjukkan seolah AngkatanDarat Suriah tengah menembaki kota.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak pertengahan Maret 2011. Kekerasan itu telah merenggut nyawa ratusan orang, termasuk pasukan keamanan.

Barat dan oposisi Suriah menuduh pemerintah membunuh para demonstran. Tapi Damaskus menolak dan mengatakan bahwa kelompok teroris bersenjata dan sekutu asing merekalah yang bertanggung jawab atas kerusuhan itu.

3 Apr 2012

Intelijen Iran: Israel Dalang Ledakan Bom di Suriah

Image634690345782031250Intelijen Iran mengatakan memiliki bukti yang kuat keterlibatan Israel atas sejumlah ledakan bom di Suriah. Selama ini, Pemerintah Suriah kerap menuding kelompok militan yang melakukan serangan bom di negaranya.

"Iran memiliki bukti akurat bahwa Israel terlibat dalam serangkaian aksi teror di Suriah, yang selama ini dianggap sebagai perbuatan dari kelompok militan," ujar Menteri Intelijen dan Keamanan Nasional Iran Hojjatol-Islam Heydar Moslehi, seperti dikutip Mehr, Senin (2/4/2012).

Beberapa pekan, bom kembar meledak di Suriah dan menewaskan 27 orang serta melukai 100 lainnya. Salah satu bom itu meledak di Ibu Kota Damaskus.

"Amerika Serikat (AS) dan Israel mencoba untuk mengeksploitasi negara Islam dengan menggunakan agen di Suriah," imbuhnya.

Sementara itu, pemberontak Suriah balik menuding Iran membantu rezim Presiden Bashar al Assad dalam menghabisi para demonstran.

Dilaporkan hasil dari konferensi di Turki, beberapa negara-negara Arab Teluk Persia dan Amerika Serikat sepakat menyediakan 100 juta dolar untuk gaji dan peralatan komunikasi kepada pemberontak Suriah setiap bulan supaya mereka mampu meladeni perang dalam melawan pemerintah Damaskus.

Negara-negara yang dipimpin oleh Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab tersebut membuat solusi perdamaian di Suriah pada hari Minggu di konferensi "Sahabat Suriah" di Istanbul Turki. Sekitar 70 negara-negara yang terdiri dari Barat dan Arab sepakat untuk segera melengserkan pemerintahan Damaskus yang mereka sebut dengan "musuh Suriah".

AS skeptis dalam menyikapi perkataan Presiden Assad yang berjanji akan mengakhiri krisis di negaranya sendiri dan berharap Assad segera terguling. [Islam Times/on/Mehr News]

Teroris Bersenjata Bombardir Gedung di Homs

Image634690343019062500Kelompok-kelompok teroris bersenjata kembali membombardir dengan roket pada sebuah gedung di kota Homs Suriah dan melukai sejumlah orang, lapor Press TV Selasa, 03/04/12.

Serangan itu terjadi setelah perwakilan dari negara-negara Barat dan Arab berkumpul di Turki untuk berembug apa yang disebut dengan Pertemuan "Sahabat Suriah".

Beberapa korban serangan menyalahkan Barat dan beberapa negara Teluk Persia dimana selama ini mereka mensupport kerusuhan yang berlangsung di negara mereka.

"Apakah ini kebebasan yang mereka inginkan? Apakah ini yang negara-negara Teluk Persia inginkan?" Tanya salah satu korban serangan itu kepada wartwan.

Pada hari Minggu, beberapa negara-negara Arab Teluk Persia dan Amerika Serikat berjanji menyumbangkan 100 juta dolar sebagai gaji dan peralatan komunikasi untuk pemberontak Suriah yang berperang melawan pemerintah.

Negara-negara yang dipimpin oleh Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab, membuat tawaran baru menggaji pemberontak pada konferensi "Sahabat Suriah" di Istanbul, yang dihadiri sekitar 70 negara-negara Barat dan Arab, yang oleh mereka sebut Damaskus, "musuh Suriah". [Islam Times/on/Press TV]

2 Apr 2012

Clinton Dan Arab Sepakat, Kewajiban Mempersenjatai Suriah

Image634689541388750000Pertemuan para Menlu di Istanbul dihadiri antara lain oleh Menlu AS Hillary Clinton yang secara getol ingin segera menikmati kue kekuasaan di Suriah dengan memperkuat dan menggalang dukungan dari komunitas internasional melawan Presiden Assad, dengan jalan meminta kepada internasional mempersenjatai pemberontak.

Istanbul menjadi lokasi konferensi namun tak banyak ada harapan akan hasilnya. Menteri luar negeri dari lebih 70 negara Barat dan Arab dijadwalkan bertemu dan berembug di Istanbul untuk mencari cara memperkuat tekanan terhadap rezim di Suriah serta memberi dukungan pada kubu oposisi. BBC melaporkan, Minggu, 01/04/12.

Sebelum pertemuan yang diberi judul "Sahabat Suriah" itu digelar, kubu oposisi di negara bergolak itu mengatakan seruannya dan mendesak AS dan Liga Arab mempersenjatai pemberontak selain bantuan finansial.

Menurut mereka, Presiden Bashar al-Assad yang menyatakan menerima rencana damai usulan Liga Arab dan PBB hanya sekedar trik untuk mengulur waktu.

Pertemuan para Menlu di Istanbul dihadiri antara lain oleh Menlu AS Hillary Clinton yang secara getol ingin segera menikmati kue kekuasaan di Suriah dengan memperkuat dan menggalang dukungan dari komunitas internasional melawan Presiden Assad, dengan jalan meminta kepada internasional mempersenjatai pemberontak.

Sebelum forum dimulai, untuk pertama kalinya kubu SNC menyerukan agar negara-negara tetangga mengizinkan wilayahnya dipakai sebagai jalur angkutan pasokan senjata dan logistik untuk kubu pemberontak Tentara Pembebasan Suriah.

Seruan ini didukung oleh sejumlah negara Arab, utamanya Arab Saudi dan Qatar, namun ditentang oleh sebagian besar negara yang hadir dalam forum Sahabat Suriah ini.

Dikhawatirkan usulan ini hanya akan membuat Suriah justru dibanjiri senjata dan menyebabkan pecahnya perang sektarian sipil dan banjir darah saudara seperti di Libya dan Irak.

Tema ini antara lain diajukan oleh Menlu Clinton saat bertemu sejawatnya dari Arab Saudi sebelum konferensi Istanbul dimulai.

Menlu Saudi Saud al-Faisal dalam pernyataan pers bersama menlu Clinton mengatakan mempersenjatai kubu pemberontak merupakan "kewajiban" karena kubu pemberontak "tak bisa mempertahankan dirinya sendiri tanpa senjata". BBC melaporkan.

Sebaliknya menurut juru bicara Kementrian Luar Negeri Suriah, Jihad al-Makdissi dalam sebuah siaran TV Suriah mengatakan "pertempuran untuk meruntuhkan negara sudah berakhir".

"Tujuan kami saat ini adalah memastikan stabilitas dan menciptakan sebuah sudut pandang demi berlangsungnya reformasi dan pembangunan di Suriah juga mencegah pihak-pihak lain menyabotase jalan menuju reformasi," katanya.

Liga Arab Sepakat Menggaji Pemberontak Suriah

Image634689540175312500Inilah kekompakan negara-negara kaya raya yang begitu sigap ingin menuntaskan misi "suci" mereka menumbangkan sebuah negara berdaulat dengan menyumbang kepada pemberontak di Suriah, sementara pada saat yang sama mengabaikan dan menelantarkan jutaan rakyat miskin di negara-negara Afrika.

Dilaporkan hasil dari konferensi di Turki, beberapa negara-negara Arab Teluk Persia dan Amerika Serikat sepakat menyediakan 100 juta dolar untuk gaji dan peralatan komunikasi kepada pemberontak Suriah setiap bulan supaya mereka mampu meladeni perang dalam melawan pemerintah Damaskus.

Negara-negara yang dipimpin oleh Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab tersebut membuat solusi perdamaian di Suriah pada hari Minggu di konferensi "Sahabat Suriah" di Istanbul Turki. Sekitar 70 negara-negara yang terdiri dari Barat dan Arab sepakat untuk segera melengserkan pemerintahan Damaskus yang mereka sebut dengan "musuh Suriah".

Oposisi Suriah Nasional (SNC) mengatakan dengan uang hasil sumbangan bulanan tersebut, pemberontak akan digaji perbulannya supaya melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Uang tersebut juga akan diberikan kepada prajurit pemerintah yang membelot, tambah SNC dalam jumpa pers di Istanbul.

Dua anggota pemilik hak veto Dewan Keamanan PBB, Rusia dan Cina menolak dan memboikot konferensi tersebut. Sementara Irak yang menjadi anggota dan ketua Liga Arab, juga melakukan pemboikotan pembicaraan Istanbul.

Pada hari Selasa, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich kepada wartawan di Moskow mengatakan bahwa konferensi "Sahabat Suriah" tidak lebih untuk mempersiapkan panggung untuk intervensi asing dan pertumpahan darah.

"Peserta tidak mencari dialog yang dapat mengakhiri konflik, sebaliknya, mereka membuka jalan bagi intervensi asing," kata Lukashevich.

31 Mar 2012

Puluhan Pemberontak Suriah Serahkan diri

Sebanyak 80 teroris bersenjata di kota Saraqib di Propinsi Idlib, utara Suriah, menyerahkan diri kepada aparat keamanan negara ini.

Fars News (30/3) melaporkan, para teroris bersenjata itu setelah menyerahkan diri, dibebaskan karena tidak memiliki catatan tindakan kriminal dan keterlibatan mereka dalam pembunuhan warga sipil.

Hingga kini banyak anggota kelompok bersenjata yang telah menyerahkan diri kepada aparat keamanan Suriah yang telah dibebaskan.

Dalam beberapa hari terakhir, militer Suriah menggelar operasi pembersihan kota Saraqib dari oknum-oknum teroris.

Kelompok orang bersenjata di wilayah barat laut Suriah mendapat dukungan dari Turki dan sampai saat ini militer Suriah telah berhasil empat kali menggagalkan upaya mereka untuk menyusup ke wilayah Suriah. Banyak oknum teroris yang tewas dan cedera dalam bentrokan tersebut. Jenazah teroris yang tewas dalam bentrokan di perbatasan Suriah itu langsung diangkut oleh kendaraan militer Turki. (IRIB Indonesia/MZ)

Berakhirnya Krisis dan Tantangan Baru Suriah

Pertempuran untuk menggulingkan pemerintah Suriah sudah berakhir, sementara perjuangan baru telah dimulai guna menstabilkan keadaan, menyajikan visi di balik proses perubahan dan mencegah mereka yang ingin menghalangi terwujudnya proses itu, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah.

Ketika berbicara melalui stasiun TV resmi, Jumat malam, Jihad Makdissi menegaskan kewajiban pemerintah untuk menjelaskan kepada rakyatnya latar belakang keputusan politik dan diplomatik serta isi dari misi utusan gabungan PBB-Liga Arab Kofi Annan, selain alasan pemerintah menyetujui misi Annan.

Selama pertemuan tingkat tinggi Arab di ibu kota Irak, Baghdad, Kamis, para pemimpin Arab mendesak Presiden Suriah Bashar al-Assad agar segera bertindak guna menerapkan rencana perdamaian dukungan PBB yang disampaikan oleh Annan.

Awal pekan ini, Annan mengumumkan Suriah telah menerima baik rencana enam pasalnya guna mengakhiri kerusuhan. Rencana itu meliputi komitmen untuk mengakhiri kerusuhan, mengizinkan bantuan kemanusiaan dan mengizinkan protes.

Di dalam komentar terbuka pertamanya mengenai rencana perdamaian itu, Bashar, Kamis, mengatakan negaranya tak menyia-nyiakan upaya untuk membuat misi Annan berhasil, demikian laporan Xinhua.

Namun, ia tampaknya menetapkan persyaratan bagi penerapannya dengan mengatakan "Suriah telah memberitahu Annan mengenai persetujuannya bagi rencana tersebut dengan beberapa pernyataan". Bahar menyerukan pelaksanaan konsultasi menyeluruh tentang perincian yang berkaitan dengan penerapannya sesuai dengan pemahaman bersama agar kelompok bersenjata tak mengeksploitasi suasana dalam pelaksanaan komitmen oleh pemerintah.

Krisis di Suriah telah meluas jadi bentrokan bersenjata, saat pemrotes dan tentara pembelot mengangkat senjata guna menghadapi apa yang mereka katakan sebagai penindasan oleh pasukan pemerintah terhadap pemrotes. Beberapa kelompok keagamaan juga bergabung dalam pertempuran melawan pemerintah.

PBB, Selasa (27/3), menyatakan jumlah orang yang tewas sejak kerusuhan meletus pada Maret tahun lalu telah melebihi 9.000. Sementara itu pemerintah Suriah menuduh kelompok ekstrem yang didukung negara regional dan internasional sebagai penyebab jatuhnya korban jiwa, dan menyatakan lebih dari 2.500 prajurit serta personel keamanan telah tewas selama krisis satu tahun tersebut.

22 Mar 2012

Suriah: Deir el-Zour Di Kuasai Militer Suriah

Tentara Suriah telah membersihkan kota Deir el-Zour di timur negara ini dari kelompok bersenjata setelah terlibat bentrokan hebat dengan para teroris yang beroperasi di daerah dekat perbatasan Irak.

Tentara Bebas Suriah juga telah menegaskan bahwa militer pemerintah telah mengambil alih kontrol Deir el-Zour dan pasukan pemberontak terpaksa melarikan diri.

Namun sejumlah laporan menyebutkan bahwa para teroris kini berlindung di rumah-rumah dan apartemen, serta menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

Deir el-Zour adalah benteng pertahanan pasukan pemberontak ketiga yang jatuh ke tangan pemerintah. Militer Suriah sebelumnya mengalahkan Tentara Bebas Suriah di Homs dan Idlib.

Dalam beberapa hari terakhir, kelompok teroris anti-pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, berulang kali menyerukan kepada negara-negara yang mendukung instabilitas di Suriah, termasuk Arab Saudi dan Qatar, untuk mengirimkan lebih banyak senjata dan menyatakan bahwa mereka kalah karena kurangnya senjata dan amunisi.

Arab Saudi dan Qatar telah menyatakan dukungan penuh mereka terhadap gagasan pengiriman senjata untuk kelompok-kelompok bersenjata Suriah dalam melawan pemerintahan Bashar al-Assad.

Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil al-Arabi juga menyatakan bahwa mempersenjatai Tentara Bebas Suriah dapat menjadi alternatif jika masyarakat internasional gagal mengakhiri krisis di negara itu.

20 Mar 2012

Suriah Sebagai pemanasan Perang Dunia 3

Jika AS dan NATO Serang Suriah, Perang Dunia III Tak Terelakkan. Para pengamat mulai memberikan analisanya tentang situasi terakhir intervensi asing di Suriah. Mereka menilai kasus Suriah merupakan pemanasan dari konfrontasi yang melibatkan Barat, Rusia, dan China atau Perang Dunia III.

Seperti yang telah disaksikan saat ini, Rusia dan China amat khawatir dengan sikap arogansi Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat terhadap Suriah dan Iran.

"Presiden AS Barack Obama tengah mengambil peranan geopolitis untuk memicu konfrontasi Barat dengan Rusia dan China. Suriah dan Iran akan menjadi medan tempurnya," ujar salah seorang penulis dari majalah Executive Intelligence Review, seperti dikutip RT, Sabtu (3/12/2011).

"Saya rasa, Rusia dan China sudah mewaspadai hal ini, peristiwa ini akan berubah menjadi Perang Dunia III. Ini sangat berbahaya, dan harus ada yang kiranya sanggup menghentikan tindakan Presiden Obama dan Inggris," tambahnya.

Freeman juga mengkritisi Mahkamah Kriminal Internasional (ICC). Menurut Freeman, ICC sudah menjadi instrumen yang digunakan Barat untuk menumbangkan rezim yang berkuasa.

Salah seorang pengamat politik Marcus Papadopoulos juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Freeman. Papadopoulos yakin, Rusia tidak akan membiarkan situasi seperti di Libya terjadi di Suriah.

"Perbedaan yang mencolok antara Suriah dan Libya adalah keterlibatan Rusia. Rusia sudah mengatakan dengan jelas apa yang terjadi di Libya tidak akan terjadi di Suriah. Rusia dan China bahkan memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Oleh karena itulah, Rusia akan menjadi faktor penentu dalam masalah ini," ujar Papadopoulos.

Situasi di Suriah memang terlihat seperti Libya pada Juni lalu. Pihak oposisi Suriah tampak mendapat pengakuan dan legitimasi dari Barat dan beberapa negara lainnya sebagai representasi yang sah bagi warganya.

Oposisi Suriah bahkan membentuk dewan militer dan mulai meminta perlindungan kepada masyarakat internasional. Mereka bahkan memutuskan hubungan dengan rival-rival Barat, Iran, Hizbullah, dan bahkan fraksi Hamas di Palestina. [Islam Times/on/okezone/AFP/KUNA/rtr]

18 Mar 2012

Skenario Barat Me-Libyakan Suriah, Berhasilkah?

"Amerika dan mayoritas negara Arab khususnya Qatar, Arab Saudi dan beberapa musuh Suriah yang lainlah yang sesungguhnya teroris dan membunuh banyak warga sipil di Suriah."

Menurut Kantor Berita ABNA, meskipun secara gencar media-media Barat dan Arab memberitakan kekalahan militer Suriah dari pihak pemberontak, namun kenyataan sebenarnya militer Suriah masih sepenuhnya memiliki kendali atas Negara itu. Bahkan laporan terbaru, kelompok pemberontak berhasil diusir dari wilayah Idlib, bagian utara Negara tersebut.

Diberitakan pula ketika kembali berhasil diambil alih dari tangan pemberontak, pihak keamanan Suriah mengeluarkan empat mayat warga dari saluran air di wilayah Ashirah. Dari keempat mayat tersebut ditemukan bekas luka sehingga diperkirakan keempatnya disiksa terlebih dahulu sebelum akhirnya dibunuh.

Pakar politik Suriah, Ibrahim Za'ir mengatakan tujuan pihak musuh menguasai Idlib adalah ingin mengulangi peristiwa di Benghazi, Libya di mana kawasan tersebut dijadikan pangkalan militer. Namun usaha pemberontak tersebut sia-sia sebab terlebih dahulu tewas oleh serangan pihak keamanan Suriah dan berhasil mengambil alih kembali wilayah tersebut.

Ibrahim lebih lanjut berkata, "Amerika dan mayoritas negara Arab khususnya Qatar, Arab Saudi dan beberapa musuh Suriah yang lainlah yang sesungguhnya teroris dan membunuh banyak warga sipil di Suriah."

Beliaupun menegaskan bahwa pemberitaan mengenai pasukan keamanan Suriah menembaki warga sipil adalah berita yang bohong belaka. "Pelaku-pelakunya sangat jelas, dan mereka sudah dikenal pasti berkeliaran di wilayah Karm Al-Zaytun dan Karm Al-Luz. Mereka mendapat perlengkapan persenjataan dari Qatar dan Saudi."

"Masyarakat Internasional sepatutnya tidak mendukung kelompok pemberontak dan aksi terorisme mereka. Untuk menghentikan konflik di Suriah, mereka hanya cukup dengan menghentikan dukungan berupa suplai dana dan persenjataan kepada kelompok-kelompok pemberontak." Tegasnya.

"Pihak musuh berkeinginan menguasai wilayah Idlib dan menjadikannya pangkalan militer sebagaimana yang terjadi di Benghazi, Libya, namun rencana tersebut tidak berhasil sebab kelompok-kelompok pemberontak yang aktif di Idlib dan Homs, khususnya di wilayah Baba 'Amru berhasil ditaklukkan pihak keamanan Suriah. Karenanya scenario di Libiya tidak terulang di Suriah." Lanjutnya.

Sementara itu, Nuruddin Al-'Abdu yang mengklaim dirinya sebagai anggota Pejabat Media Revolusi Idlib berkata, "Pertempuran di Idlib telah selesai sejak kemarin dan militer Suriah telah mundur dari wilayah tersebut."

Ia kemudian menambahkan, "Pasukan keamanan Suriah berhasil menyisir seluruh wilayah, dan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah. Pihak pemberontak memilih mundur karena tidak berdaya menghadapi pasukan pemerintah."

Menurut media Suriah, kelompok pemberontak masih banyak bersembunyi di pusat kota dan utara Idlib meskipun wilayah tersebut berada dalam penguasaan sepenuhnya militer pemerintah. Menurut media yang lain disebutkan, puluhan pemberontak berhasil ditangkap pihak keamanan setelah sebelumnya berusaha melarikan diri dengan menyamar sebagai perempuan yang bercadar.(Konspirasi/Abna)

15 Mar 2012

Gejolak Suriah: Iran Kunci Penyelesaian Krisis Suriah

Konspirasi besar gagal karena perlawanan Suriah, dan sikap negara itu terus memiliki efek hingga sampai sekarang dan semua plot yang dibuat oleh Amerika Serikat dan Israel di wilayah tersebut.

Pemimpin Tinggi Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, pada khotbah salat Jumat di Tehran pada tanggal 3 Februari dengan jelas menguraikan mengapa Iran mendukung Suriah.

Pada akhir tahun 1970, Suriah menahan diri dari penandatanganan perjanjian damai dengan Israel. Pada waktu itu, Henry Kissinger, arsitek Kesepakatan damai Camp David 1978, berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari Suriah dalam masalah kesepakatan damai antara Arab dan Israel, tetapi meskipun upaya-upaya itu dilakukan, Kissinger gagal mendapatkan tanda tangan Suriah.

Konspirasi besar gagal karena perlawanan Suriah, dan sikap negara itu terus memiliki efek hingga sampai sekarang dan semua plot yang dibuat oleh Amerika Serikat dan Israel di wilayah tersebut.

Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, agenda utama kekuatan Barat di wilayah ini adalah tetap, yaitu untuk menggulingkan pemerintah Suriah dan melindungi Israel. Dan tekanan saat ini yang sedang dikenakan pada Suriah adalah langkah lain yang sesuai dengan kebijakan lama.

Sementara itu, Rusia siap menghadapi dan memainkan peran yang lebih berpengaruh di Timur Tengah dengan melindungi Suriah. Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia terlepas dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Tapi jatuhnya pemerintah Libya setelah serangan NATO tanpa henti membombardir negara tersebut, membuka mata Rusia dan menyadari bahwa mereka harus menjaga mata lebih dekat atas semua perkembangan di wilayah tersebut.

Selain itu, mendukung Suriah dapat mendongkrak popularitas Vladimir Putin, yang ingin membawa kembali masa kejayaan Rusia sebagai negara adidaya global.

Rusia selalu membuat penawaran besar pada saat-saat kritis. Namun, kali ini biaya yang ditanggung oleh Rusia besar karena penandatanganan kesepakatan dengan Moskow jauh lebih tinggi dari AS dan sekutunya.

Dalam hal ini, Republik Islam Iran, sebagai sekutu dekat Suriah yang terkenal dengan kebijakan revolusioner, dapat memediasi antara pemerintah Suriah dengan gerakan-gerakan yang berpotensi yang merusak Damaskus, seperti Ikhwanul Muslimin dan Turki. Hal ini dapat membuka jalan resolusi cepat penyelesaiaan perselisihan dengan biaya minimal secara ekonomi dan manusia. Tehran dipandang lebih efektif dapat memfasilitasi masa transisi kembali ke situasi normal di Suriah.

Jika jalan ini tidak diambil, ketidakpercayaan antara pemerintah Suriah dan oposisi bisa mengakibatkan pertumpahan darah di negara ini lebih besar.