8 Apr 2012

Mengungkap Skandal Media Dalam Kerusuhan Suriah

Seorang jurnalis Suriah mengungkapkan bahwa media internasional tengah melakukan gerakan yang bertujuan mendistorsi fakta-fakta lapangan yang terjadi di Suriah. Mereka menunjukkan seolah-olah Tentara Suriah lah yang menyebabkan terjadinya pertumpahan darah. Demikian laporan Press TV.

Sabtu lalu (7/4/2012), kepada koresponden Press TV di damaskus, Rafik Lutf yang merupakan anggota Uni Jurnalis Arab di AS mengatakan bahwa saluran berita CNN dan Al-Jazeera dan saluran berita satelit Barat dan Arab lainnya tengah mengarang berita di Suriah dengan menekankan perlunya membantu kelompok-kelompok bersenjata penentang pemerintah di Suriah.

Lutf mengatakan langkah itu dilakukan agar Angkatan Darat Suriah dinilai bersalah karena melanggar hak-hak warga sipil.

Awalnya, Lutf merasa curiga pada liputan langsung Kota Homs di barat Suriah. Dia pun mengikuti acara tersebut. Setelah 12 jam, terjadi ledakan dan gumpalan asap terlihat naik di jalur minyak kota Homs yang disorot kru CNN dan Al-Jazeera. Ketika wartawan CNN, Arwa Damon pergi ke tempat kejadian untuk menyaksikan secara langsung apa yang terjadi, TV CNN dan Al-Jazeera malah menayangkan beberapa gambar di Kota Homs yang sebelumnya sudah direkam kamera sebelum terjadi ledakan.

Lutf mengambil kesimpulan bahwa krus CNN sejak awal sudah tahu tentang ledakan tersebut. Bahkan sebelum ledakan terjadi.

“Saya mengetahuinya dari kamera. Live streming kamera menunjukkan CNN terlibat dalam ledakan pipa minyak di Homs. Awalnya saya tidak tahu siapa yang men-syuting, tapi kemudian saya lihat kamera tetap itu milik CNN. AL-Jazeera juga terlibat dalam ledakan ini,” kata Lutf.

Menurut Lutf, CNN berusaha meyakinkan publik bahwa pemerintah Suriah menembaki Homs.

Al-Jazeera bahkan memalsukan suara tembakan selama liputan langsung dan menayangkan gambar palsu yag menunjukkan seolah AngkatanDarat Suriah tengah menembaki kota.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak pertengahan Maret 2011. Kekerasan itu telah merenggut nyawa ratusan orang, termasuk pasukan keamanan.

Barat dan oposisi Suriah menuduh pemerintah membunuh para demonstran. Tapi Damaskus menolak dan mengatakan bahwa kelompok teroris bersenjata dan sekutu asing merekalah yang bertanggung jawab atas kerusuhan itu.