Pembatalan perjanjian perdamaian Camp David dinilai sebagai tuntutan utama rakyat Mesir kepada Muhammad Mursi, Presiden Mesir yang baru terpilih, dan hal itulah yang menjadi kekhawatiran rezim Zionis Israel.
Posisi Mesir sebagai negara penting dan poros di dunia Arab serta tentangga terbesar Palestina pendudukan adalah masalah yang tidak dapat dipungkiri oleh Israel. Oleh sebab itu, Tel Aviv terus berupaya mempertahankan perjanjian Camp David dan hubungannya dengan Mesir.
Pasca pengumuman kemenangan Mursi sebagai presiden baru Mesir, Perdana Menteri Rezim Zionis Benyamin Netanyahu berharap kerjasama antara Tel Aviv dan Kairo tetap berlanjut. Namun, kelompok Ikhwanul Muslimin dimana Mursi adalah anggota kelompok ini, sebelumnya telah berjanji kepada rakyat Mesir untuk meninjau kembali kesepakatan Camp David.
Tidak diragukan bahwa kemenangan Muhammad Mursi menunjukkan tekad rakyat Mesir untuk merealisasikan cita-cita revolusi, dimana penghapusan perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel dari lembaran sejarah negara itu menjadi prioritas tuntutan mereka.
Pengalaman pahit perjanjian Camp David dan dampak kediktatoran rezim Hosni Mubarak selama 30 tahun telah mendorong rakyat Mesir untuk merekonstruksi negara mereka.
Banyak analis menilai kemenangan kubu Islam di Mesir dianggap sebagai referendum rakyat. Dari satu sisi mereka mengatakan "tidak" kepada para pemimpin anasir Mubarak dan dari sisi lainnya, mereka menuntut reformasi politik, sosial, budaya dan ekonomi di Mesir pasca 30 tahun pemerintahan otoriter Mubarak.
Oleh sebab itu, Barat menyebut pemilu presiden Mesir sebagai "gempa bumi politik". Sementara Israel dengan penuh kekhawatiran berharap kerjasama antara Kairo dan Tel Aviv yang didasarkan pada kesepakatan Camp David tetap berlanjut.
Perjanjian Camp David dapat dianggap sebagai kesepakatan bersejarah hubungan antara Israel dan Mesir dan merupakan pengkhianatan terbesar terhadap negara itu, serta menjadi pengalaman pahit dalam sejarah Mesir.
Pada tahun 1979, Mesir dan Israel menandatangai perjanjian perdamaian yang dikenal dengan Camp David guna menormalkan hubungan antarkedua belah pihak. Dengan menandatangani perjanjian tersebut, Mesir menjadi terpisah dari dunia Arab dan terisolasi.
Sebenarnya, yang meraup keuntungan dari kesepakatan Camp David adalah rezim Zionis Israel, karena rezim ini selama tiga dekade mendapat suplai gas secara gratis dari Mesir dan Israel mampu menekan Palestina dengan bantuan pejabat Kairo. Melihat kenyataan ini, maka tidak diragukan bahwa blokade Israel terhadap Jalur Gaza dan krisis kemanusiaan di kawasan itu adalah dampak dari kerjasama antara rezim Mesir sebelumnya dan Israel.
Kini rakyat Mesir telah bangkit dan menuntut diakhirinya perjanjian hina tersebut dan tentunya hal itu merupakan tantangan bagi Mursi sebagai pemimpin baru di negara itu.
Saat ini, semua pihak menunggu sikap Mursi terhadap perjanjian Camp David dan langkah apa yang akan diambil untuk menghadapi ancaman Amerika Serikat yang akan menghentikan bantuan tahunannya kepada Mesir jika Kairo membatalkan kesepakatan tersebut. (IRIB Indonesia/RA/NA)