Osama bin Laden, yang dibunuh pasukan khusus Amerika Serikat, Navy Seal di Abottabad, Pakistan Minggu malam, sepertinya tidak relevan lagi dikenakan kepada gerakan-gerakan perlawanan sipil di dunia Arab terhadap para pemimpin penindas.
Bin Laden hanya sebuah kenangan yang buruk," kata Nadim Houry dari Human Rights Watch di Beirut seperti dikutip Reuters. "Kawasan ini telah bergerak jauh dari itu, dengan pergolakan-pergolakan berbasis massal besar yang adalah pengubah keadaan."
Serangan-serangan berdarah dari Alqaeda pimpinan Bin Laden, khususnya Serangan 11 September 2011, beresonansi dengan sejumlah warga Arab yang melihat Alqaeda pembalasan dendam untuk apa yang dianggap sebagai penghinaan yang dilakukan Amerika Serikat, Israel dan para pemimpin dunia dukungan AS.
Bin Laden bermimpi bahwa gerakan jihad global mereka akan mengilhami kaum muslim seluruh dunia untuk menumbangkan pemerintah-pemerintah pro-Barat, terutama di Arab Saudi, tanah airnya yang telah mencabut kewarganegaraannya.
Dia mendukung gerakan jihad terutama karena kemarahannya atas apa yang dipandangnya sebagai pendudukan tanah kaum muslim oleh kekuatan kafir asing, seperti Rusia di Afghanistan, Amerika di Saudi Arabia pada Krisis Teluk 1990, atau Israel terhadap Palestina.
Namun aksi kekerasan sembarangan Alqaeda telah mendidihkan gerakan massa Arab, ketika mana jejaring terorismenya mendapat tekanan hebat dari pemerintah-pemerintah Arab yang mendukung langkah kontraterosme Barat.
"Cap pembangkang yang melekat pada Bin Laden di awal-awal gerakannya mugkin membangkitkan imajinasi (perlawanan), namun aksi kekerasaan tanpa pandang bulu telah menghancurkan daya tarik Bin Laden sendiri," kata Houry.
Tak ada tempat lain yang berubah seketika terhadap Alqaeda kecuali di Irak, di mana kemarahan akibat jatuh korban di pihak muslim karena bom bunuh diri Alqaeda dan aksi balas dendam kaum sektarian Shiah yang diprovokasinya, telah mendorong suku-suku Arab Sunni bersekutu dengan Amerika.
Simpati orang kepada Alqaeda juga menguap di Saudi Arabia setelah serangkain aksi kekerasan tidak pandang bulu sepanjang 2003-2006.
Jika daya tarik ideologis bin Laden dan wakilnya yang orang Mesir Ayman al-Zawahri, yang bercita-cita merestorasi kekalifahan Islam, meredup, maka gerakan-gerakan prodemokrasi di dunia Arab telah makin mengurangi daya tarik itu.
"Pada tingkat tertenu opini rakyat Arab melihat bin Laden sebagai sebuah harapan untuk mengakhiri diskriminasi, cara Barat berhubungan dengan negara-negara muslim dan Arab, tapi negara-negara ini kini mengatakan bahwa 'kami akan berubah atas kemauan kami sendiri, kami tak ingin siapapun berbicara atas nama kami," kata Mahjoob Zweiri dari Universitas Qatar.
Dia mengatakan bahwa terbunuhnya bin Laden akan mempengaruhi sedikit dari mereka yang masih meyakininya sebagai yang bisa melukai Barat sebesar-besarnya.
"Mayoritas bangsa muslim dan Arab memiliki pilihannya sendiri. Mereke tengah bergerak ke masyarakat madani yang modern," kata Zweiri. "Orang-orang mempercayi perubahan yang bertahap, perubahan sipil, mereka tak menginginkan kekerasan, bahkan terhadap para pemipin yang menghancurkan mereka."
Demonstrasi damai Arab baru saja sukses menumbangkan para pemimpin otoriter Mesir dan Tunisia, serta tengah mengancam para pemimpin Yaman dan Suriah, sementara perlawanan rakyat terhadap Muammar Gaddafi di Libya berubah menjadi perang saudara di mana militer Barat mengintervensinya.
Semua drama ini telah membungkam Alqaeda menjadi hampir tak bisa bersuara. Bahkan cabangnya yang paling aktif saja, Alqaeda di Semenanjunga Arab (yang berbasis di Yaman), yang tidak sekalipun melancarkan serangan besar selaman demonstrasi besar menentang Presiden Ali Abdullah Saleh.
Martin Indyk, mantang asisten menteri luar negeri AS untuk kawasan Timur Dekat, menggambarkan kematian bin Laden sebagai pukulan telak terhadap Alqaeda di masa ketika ideologinya disingikikan oleh revolusi rakyat di dunia Arab.
"Narasi mereka adalah bahwa kekerasan dan terorisme itu adalah menebus martabat dan hak Arab. Apa yang tengah dilakukan rakyat biasa di seluruh penjuru dunia Arab adalah menebus hak dan martabat mereka melalui demonstrasi damai tanpa kekerasan, (yang adalah) lawan senyata-nyatanya dari yang diceramahkan Alqaeda dan Osama," kata Indyk yang kini di Brookings Institution.
"Dia tidak menumbangkan satu pemerintah pun, sebaliknya merekalah yang saling menumbangkan. Saya ingin katakan bahwa kombinasi keduanya itu menempatkan Alqaeda dalam krisis yang sesungguhnya."
Bin Laden mungkin menjadi sebuah gambaran marjinal di dunia Arab, namun ketidakpuasan yang ditepuknya tetap hadir.
"Alasan pokok mengapa orang beralih ke jenis pergerakan-pergerakan kekerasan, kriminal, dan meneror, masih ada," kata komentator Rami Khouri yang berbasis di Beirut, seraya menyebut 'kemarahan dan penderitaan rakyat yang merasa bahwa negara-negara Barat, para pemimpin Arab mereka atau Israel mengancam mereka dengan menghinakan".
Walaupun begitu, dia memprediksi pengaruh Alqaeda tetap hidup, terutama setelah AS menarik diri dari Irak dan kemudian Afghanistan.
"Lompatan Arab pastinya adalah pertanda bahwa mayoritas luas rakyat Arab, sebagaimana semua diketahui, menolak bin Laden," kata Khouri. "Dia dan Zawahri berupaya keras menarik rakyat Arab, tapi tidak pernah berhasil.
"Orang-orang yang mengikutinya akan berupa mereka yang mendirikan sel-sel rahasia kecil dan menyingkir ke Afghanistan, namun bagian terbesar masyarakat menolak pesannya.
"Apa yang diinginkan rakyat Arab adalah apa yang tengah mereka perjuangkan kini, yaitu pemerintah yang lebih menghormati hak asasi manusia, bermartabat dan demokratis." (antaranews)