Upaya membangun perdamaian di Libya menemui jalan buntu. Setelah Kelompok oposisi Libya menolak opsi damai yang diajuakan Kelompok pendukung Muammar Khaddafi atas prakarsa Uni Afrika (AU) dan Liga Arab.
Inisiatif Liga Arab dan Uni Afrika (AU) membangun jalan damai juga dicurigai akan memihak Khaddafi. Pasalnya, para pemimpin Liga Arab yang merumuskan inisiatif damai itu adalah teman-teman dekat Khaddafi.
Kelompok oposisi yang didukung Amerika Serikat dan sekutunya mengajukan opsi kepada delegasi Liga Arab di Benghazi pada Senin lalu bahwa peta perdamaian mensyaratkan Khaddafi dan seluruh keluarganya keluar dari Libya.
"Seluruh rakyat Libya setuju pada satu hal: Khaddafi dan semua anaknya harus meninggalkan Libya sehingga kami dapat memiliki demokrasi," kata Tajouri, seorang pemimpin kelompok oposisi.
Serangan mematikan dari pasukan pro-Khaddafi di Kota Ajdabiyah pada Minggu lalu, keesokannya di Misrata dan Zintan, membuat kelompok oposisi tidak lagi percaya pada komitmen Khaddafi membahas perdamaian.
Sebelumnya, Khaddafi telah menyetujui peta damai yang digodok Liga Arab. Saif Khaddafi, putra Khaddafi, menjelaskan, gagasan jalan damai itu tidak termasuk mengeluarkan ayahnya dan semua putranya dari Libya. Namun, begitu kelompok oposisi mensyaratkan sebaliknya, Saif langsung menolak pembahasan damai tersebut.
"Kami menginginkan darah baru, itu yang kami inginkan bagi masa depan Libya. Namun pembicaraan terhadap pengusiran (Khaddafi) sungguh menggelikan," kata Saif kepada BFM TV, stasiun televisi Prancis.
Pemimpin negara-negara Barat juga menolak gagasan damai tanpa memasukkan syarat Khaddafi harus mundur. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga menolak menangguhkan serangannya sebelum ada kesungguhan Libya menepati janjinya untuk melakukan gencatan senjata.
"Setiap proposal nantinya tidak akan kami terima jika tanpa menyertakan hal itu," kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen. (tempo)