Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang sedang menggelar operasi penegakan zona larangan terbang PBB di Libya mulai tidak kompak. Selain dicap tidak ”berbuat cukup” dalam melindungi warga sipil, anggota aliansi juga mulai kesulitan menanggung biaya operasi, sementara posisi Moammar Khadafy tetap kuat.
Inggris dan Perancis, seperti dilaporkan AFP hari Rabu (13/4), mengeluhkan beratnya operasi itu tanpa dukungan AS. Mereka mendesak aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meningkatkan serangan udara di Libya dengan mengerahkan jet tempur lebih banyak demi melindungi warga sipil.
Sementara itu, seusai bertemu para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, Ali al-Isawi, salah seorang tokoh oposisi Libya, mengatakan, Khadafy makin kejam. Anggota Dewan Transisi Nasional Libya ini mengatakan, loyalis Khadafy sudah menewaskan 10.000 orang. Ada 20.000 orang hilang dan 30.000 orang terluka.
Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe mengeluhkan NATO tidak ”berbuat cukup” terhadap Khadafy. Juppe tidak bisa menerima jika Misrata yang dikuasai oposisi ”masih terus diguyur tembakan roket dan bom” oleh loyalis Khadafy.
”Saya berharap negara-negara lain ikut membantu kami,” kata Juppe. Negaranya sudah enggan untuk berperan mengambil komando operasi NATO setelah pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg.
Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet mengatakan, Perancis dan Inggris, dua negara yang melakukan serangan pertama melawan rezim Khadafy pada 19 Maret, telah dibiarkan menanggung ”sebagian besar dari perjuangan” itu. Dia mengatakan, tanpa partisipasi penuh AS, Barat tidak akan mampu menghentikan serangan loyalis Khadafy.
Dukungan logistik
AS hanya memberikan dukungan logistik untuk operasi setelah menarik semua jet tempur pekan lalu. Dia menilai, tanpa serangan darat terhadap Khadafy, kota-kota yang dikepung loyalis akan menanggung akibat buruknya.
Menlu Inggris William Hague, dengan nada merendah, mengatakan bahwa London telah menyediakan jet tempur tambahan. ”Saya menyambut baik jika negara-negara lain melakukan hal yang sama. Kita harus mempertahankan dan meningkatkan upaya bersama di NATO,” kata Hague.
Pentagon, AS, mengatakan tidak punya rencana untuk mengubah perannya terkait operasi di Libya dan berharap NATO tetap memimpin serangan. Barat bisa melakukan serangan tanpa AS. ”Kami tidak membahas operasi ini,” kata Sekretaris Pers Pentagon Geoff Morrell.
Pesawat militer AS yang khusus melakukan serangan dari udara ke darat tetap siaga menunggu permintaan dari komandan operasi udara NATO. Setelah kritik pedas dari oposisi Libya atas berlanjutnya serangan Khadafy, seorang jenderal NATO mengatakan, aliansi melakukan ”pekerjaan besar” dengan menggunakan aset yang tersedia bagi organisasi militer Barat.
NATO memimpin serangan udara terhadap pasukan Khadafy sejak mengambil alih dari koalisi Barat pimpinan AS, 19 Maret. ”Aliansi benar-benar ingin menyerahkan operasi ini kepada militer. Saya percaya kepada Tuan Rasmussen untuk mengumpulkan persenjataan yang diperlukan,” kata Juppe mengacu kepada Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.
Pendapat berbeda diungkapkan Spanyol dan Italia. Menteri Pemuda Spanyol untuk Urusan Eropa Diego Lopez Garrido mengatakan ”tidak perlu” lebih banyak mendukung NATO. Namun, hal itu tidak berarti NATO boleh mengabaikan misi utama mereka menyelamatkan warga sipil.
NATO mempunyai 28 negara anggota. Tidak semua dari mereka memiliki kemampuan atau keinginan untuk ambil bagian dalam serangan, terutama Turki dan Jerman, yang menentang segala intervensi militer dari awal.
kompascetak.com