Robert Zoellick, Presiden Bank Dunia menyarankan negara-negara Arab di Timur Tengah untuk mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi, dan melakukan reformasi jangka panjang demi memenuhi kebutuhan masyarakat mereka.
Presiden word Bank mengeluarkan seruan ini dengan menyinggung aksi Mohammed Bouazizi, penjual buah di Tunisia yang membakar dirinya sendiri hingga menyulut revolusi rakyat pada Januari lalu yang menyebabkan tergulingnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali.
"Insiden itu adalah peringatan bagi para pemimpin di seluruh dunia Arab untuk mengatasi pengangguran yang tinggi," tegas Zoellick kemarin (Rabu,6/4).
Dalam pidatonya mengenai pemberontakan anti-rezim yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Afrika Utara, Zoellick memperingatkan bahwa para pemimpin Arab harus melepaskan diri dari masa lalunya dan bekerja pada sebuah sistem yang mencakup warga negara dalam pengambilan keputusan.
"Pesan kami kepada klien kami, apapun sistem politik mereka, Anda tidak bisa memiliki pembangunan yang berhasil tanpa pemerintahan yang baik dan tanpa partisipasi warga negara," katanya dalam pertemuan di Institut Peterson di Washington.
Perlawanan rakyat yang menjalar di seluruh negara di kawasan mendesak reformasi yang akan memberi kepercayaan diri lebih besar untuk bekerja dan berinvestasi, yang berimplikasi menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
"Di dunia Arab, 35 sampai 40 persen pemuda menganggur, dan itu merupakan yang tertinggi di antara negara berkembang," tutur Presiden Bank Dunia ini. Ditegaskannya, "Dunia Arab kehilangan biaya peluang sekitar $ 50 milyar dalam setahun."
Dia menekankan bahwa dunia Arab harus mengikuti jejak Asia dengan memfasilitasi ekspansi yang cepat dari ekspor padat karya, dan berhenti menggantungkan pendapatan pada ekspor minyak.(irib)