Kelompok perlawanan Hizbullah asal Libanon membantah tuduhan kementerian luar negeri Libya bahwa mereka mengirimkan anggota untuk membantu kelompok oposisi di kota pelabuhan yang dikuasai pemberontak dari Misrata.
Hizbullah menekankan bahwa klaim Libya itu tidak berdasar dan tidak mempunyai landasan sama sekali.
"Hizbullah menyangkal tuduhan ini dan berpendapat bahwa semua pembicaraan tersebut tidak berdasar," kata pernyataan singkat yang dirilis oleh kelompok Syiah tersebut.
Pada hari Rabu, Wakil Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaim menuduh Hizbullah melakukan pengiriman pejuangnya untuk membantu pemberontak di Misrata, 200 kilometer (120 mil) timur dari ibukota Tripoli.
"Para penembak jitu di Misrata adalah elemen dari Hizbullah. Ini bukan anekdot, itu asli," katanya, seraya menambahkan bahwa badan-badan intelijen Barat menyadari aktivitas Hizbullah di Misrata.
Pemberontak Misrata bisa menahan pengepungan dan penembakan oleh pasukan pemimpin Libya Moamer Kadhafi selama lebih dari sebulan.
Sebelumnya, wakil menteri luar negeri Libya, Khaled Kaim, menuduh Hizbullah bergabung dengan jajaran revolusioner melawan rezim pemimpin Libya Moammar Gadhafi.
Kaim menyatakan Rabu bahwa beberapa anggota Hizbullah yang berjuang bersama kaum revolusioner di Misrata, tetapi tidak memberikan bukti.
"Para penembak jitu di Misrata adalah elemen dari Hizbullah."katanya, seraya menambahkan bahwa badan-badan intelijen Barat menyadari partisipasi Hizbullah dalam peristiwa di Misrata.
Kaim melanjutkan dengan mengatakan bahwa Qatar telah mengirim pelatih militer ke Libya dan memasok pejuang di Benghazi dengan rudal anti-tank Milan buatan Perancis.
"Qatar mengirim rudal Milan buatan Prancis untuk para pemberontak di Benghazi," kota timur yang berfungsi sebagai pangkalan para pemberontak, Kaim mengatakan pada konferensi pers, menambahkan bahwa 20 ahli Qatar juga berada di kota itu untuk melatih sekitar 700 pemberontak.
Baik Qatar dan Perancis adalah bagian dari koalisi internasional melakukan intervensi militer di Libya Moammar Gaddafi terhadap rezim itu.
Sebelumnya intelijen tentang pemberontak yang memerangi Gaddafi telah menunjukkan "petunjuk" akan kehadiran Al-Qaeda atau Hizbullah, komandan operasi NATO mengatakan, tapi para pejabat AS mengatakan tidak ada indikasi kelompok-kelompok militan yang memainkan peran penting di Libya.
"Kami memeriksa dengan sangat teliti isi, komposisi, serta kepribadian dari pemimpin kekuatan oposisi," Admiral James Stavridis, komandan tertinggi sekutu NATO untuk Eropa dan komandan Komando Amerika Eropa, mengatakan dalam kesaksian sidang Senat AS Maret lalu.
Tetapi beberapa pejabat keamanan nasional dengan cepat dan tegas menyangkal bahwa Al-Qaeda atau Hizbullah secara signifikan terlibat.
Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice sepakat bahwa keterlibatan Al-Qaeda dengan para pemberontak itu terbatas.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga memperjelas informasi tentang Al-Qaeda dan Hizbullah yang telah disinggung oleh Stavridis tidak berdasarkan intelijen yang jelas.(SMcom)