Setelah melihat mustahil mempertahankan rezim Yaman, Amerika Serikat kini berbalik menyokong kekuatan revolusioner di negara itu dalam rangka melindungi kepentingannya, kata seorang pakar hukum Amerika.
"Setiap kali Anda melihat aksi perebutan kekuatan antara pemerintah dan oposisi, pemain ketiga akan selalu mengarahkan dukungan kepada pemenang. Jadi hal ini diterapkan Amerika di Yaman," kata Doktor Syed Ali Wasif, profesor hukum internasional, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV pada hari Rabu (6/4).
"Meski fakta membuktikan bahwa Washington mendukung Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh selama bertahun-tahun, kini mereka bergeser ke kelompok oposisi dalam upaya menarik simpati rakyat dan mengejar kepentingan nasional di negara Timur Tengah," jelasnya.
"Pembuat kebijakan Amerika menganggap mereka akan kehilangan rezim Yaman. Jadi, mereka bergeser ke arah pasukan revolusioner atau oposisi dengan harapan memperoleh simpati. Amerika berharap mereka bersikap lunak saat membentuk pemerintahan revolusioner nanti. Tujuan utamanya adalah untuk memperpanjang kepentingan nasional Amerika," tambahnya.
Gedung Putih pada hari Senin memperingatkan, Al Qaeda akan memanfaatkan kekosongan kekuasaan di Yaman dan mengatakan jadwal untuk mengalihkan kekuasaan dari Presiden Saleh harus dimulai.
"Kami sangat khawatir bila dalam masa pergolakan politik seperti itu, Al Qaeda dan kelompok lain akan mencoba untuk mengambil keuntungan dari kosongnya kekuasaan," kata Jurubicara Gedung Putih, Jay Carney, seperti dilaporkan AFP.
Gedung Putih menyampaikan pernyataan terkait Yaman setelah New York Times melaporkan, pemerintahan Obama telah menggeser posisi mereka dan berkesimpulan bahwa Saleh tidak akan mengantarkan Yaman ke arah reformasi serta harus disingkirkan dari kekuasaan.(irib)