Di saat meningkatnya aksi revolusi rakyat Yaman menentang rezim Sanaa. Pemerintah Yaman menerapkan kondisi darurat yang disahkan parlemen. Dari 164 anggota parlemen yang hadir dalam sidang luar biasa Rabu (24/3), 163 mendukung usulan Presiden Abdullah Saleh menerapkan kondisi darurat di negara Arab yang miskin itu. Berdasarkan keputusan tersebut, Undang-undang Dasar Yaman dibekukan, demonstrasi dilarang dan penguasa berhak menyensor berita media massa.
Sontak, penerapan undang-undang darurat di Yaman memicu protes partai oposisi yang mempersoalkan legitimasi keputusan terbaru rezim. Abdul Razak Al-Hijri, anggota Partai Reformasi Yaman menolak pengesahan ketentuan keadaan darurat olah parlemen negara ini, dan menilainya tidak sah karena dipenuhi berbagai kecurangan.
Media regional menilai pengesahan keadaan darurat di Yaman bertujuan untuk melemahkan gelombang deras protes rakyat terhadap penguasa Sanaa. Meski demikian, tampaknya kelompok oposisi masih memberikan tenggat waktu kepada Abdullah Saleh untuk mengundurkan diri dari jabatannya selama 48 jam mendatang.
Para pemimpin oposisi Yaman menyatakan bahwa Jumat (25/3) sebagai "Hari Kebangkitan". Mereka juga menyerukan kepada masyarakat Yaman, Jumat untuk bergerak secara damai menuju istana kepresidenan di Sanaa. Dengan cara ini, Ali Abdullah Saleh akan mengundurkan diri dari jabatannya.
Kini, posisi pemerintahan Abdulah Saleh semakin lemah. Para diplomat Yaman satu persatu mengunduran diri sebagai bentuk protes mereka atas rezim Ali Abdullah Saleh. Dilaporkan, Duta Besar Yaman di Aljazair, Spanyol, Republik Ceko, Indonesia, dan Jerman menyatakan mengundurkan diri dari jabatan mereka. Sebelumnya, Duta Besar Yaman di Mesir dan Wakil Sanaa di Liga Arab menyatakan mundur dari jabatan mereka. Dilaporkan pula, Duta Besar Yaman di Arab Saudi dan Cina juga menyatakan mundur dan bergabung bersama para demonstran.
Tidak hanya itu, pemimpin suku di Yaman juga menyatakan dukungannya terhadap perlawanan rakyat menentang rezim Abdullah Saleh. Sebuah suku besar telah menarik dukungannya atas Presiden Ali Abdullah Saleh dan bergabung dengan gerakan anti-pemerintah. Kepala suku Hashid Sheikh Sadiq al-Ahmar menyatakan mendukung revolusi rakyat Yaman.
Saat ini, pemimpin diktator Yaman itu hanya mampu mengendalikan kota Sanaa seluas sembilan kilometer persegi. Di luar itu, Yaman sudah dikuasai olah rakyat.
Eskalasi aksi demo rakyat menentang kekuasaan Saleh menunjukkan kian dekatnya detik-detik lengsernya diktator Yaman ini. Sejatinya seluruh upaya yang ditempuh Abdullah Saleh termasuk penerapan keadaan darurat gagal meredam bola salju protes rakyat yang menggelinding kencang menumbangkan rezim diktator Yaman itu.(irib)