14 Mar 2011

Menunggu Mandat PBB

ImageSebuah helikopter mendarat di lahan kosong, sekitar 30 kilometer dari kota Benghazi. Dari dalamnya keluar tujuh anggota pasukan komando Special Air Service dan agen badan intelijen M16 dari Inggris. Milisi pemberontak yang sedang bersiap menghadapi serangan pasukan pendukung Muammar Qadhafi panik. Mereka berpikir, kotanya diserang.


Pasukan asing ini memperkeruh suasana ketika menyatakan tak membawa senjata. Padahal kelompok pemberontak menemukan senjata, bahan peledak, dan amunisi. Mereka pun dibawa kelompok pemberontak ke markas terdekat dengan tangan diikat. Menurut saksi mata, sempat terjadi tem-bakan peringatan.


"Mereka ditangkap karena me-ma-suki sebuah negeri secara ilegal dan tanpa pengaturan dengan otoritas Libya," kata juru bicara Dewan Nasional, kelompok pemberontak di Benghazi, Hafez Ghoga, Ahad dua pekan lalu. "Libya adalah negara merdeka. Kami memiliki perbatasan, dan kami berharap itu dihormati oleh siapa saja."


London mengakui adanya "tim diplomatik kecil" yang memasuki negeri yang tengah bergolak itu. Menteri Pertahanan Liam Fox menyatakan misi tim tersebut merupakan bagian dari dukungan Inggris untuk perubahan rezim di Libya. Mereka pun berunding dengan penguasa Benghazi untuk membebaskan pasukan elite itu.


Sejak pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, melancarkan serangan balik habis-habisan ke kubu pemberontak, beberapa pasukan dari negara Barat memang berusaha memasuki negara ini. Sebelumnya, tiga anggota marinir Belanda ditangkap saat helikopternya mendarat di dekat dermaga Sirte. Helikopter ini terbang dari kapal perang Belanda, Tromp, yang lego jangkar di lepas pantai Libya.


"Itu adalah evakuasi konsuler," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Belanda, Otte Beeksma. Kali ini yang menangkap adalah otoritas Libya pendukung Qadhafi. Perundingan pun dilaksanakan, dan mereka telah meninggalkan Libya.


Di lepas pantai Libya, kapal-kapal perang dari berbagai negara telah bersiap. Tak hanya Belanda dan Inggris, tapi juga Amerika Serikat. Pasukan Amerika dikerahkan dari pangkalan di sekitar Libya, siap menerima perintah berkaitan dengan krisis di negeri itu. Amerika memiliki pangkalan di Spanyol, Italia, dan Turki. Juga ada kekuatan di Terusan Suez.


"Kami memiliki perencanaan untuk segala kemungkinan. Dan kami mereposisi pasukan agar lebih fleksibel saat keputusan dibuat," kata juru bicara Pentagon, Kolonel David Lapan.


Dia menambahkan, Presiden Barack Obama telah meminta para pejabat bersiap dengan berbagai pilihan. Tak dijelaskan apa saja pilihan tersebut. Tapi saat ini Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, dan beberapa negara lain mendiskusikan kemungkinan penerapan zona larangan terbang serta intervensi militer.


"Kami mendukung kebijakan yang sama. Kami semua mendukung resolusi Dewan Keamanan (PBB) dan kami semua memiliki sikap yang sama tentang zona larangan terbang serta intervensi militer," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.


Hingga pekan lalu belum turun mandat dari PBB tentang sanksi terhadap Libya. Sebelumnya, sanksi dijatuhkan beberapa negara berupa pembekuan aset Qadhafi, keluarga, dan kroninya yang ada di negeri mereka. Pekan lalu Uni Eropa membahas sanksi lain, yaitu larangan perjalanan dan embargo senjata. Prancis bahkan menjadi negara pertama yang mengakui kepemimpinan pemberontak, Dewan Nasional Li-bya, sebagai pemerintah sah.


Muammar Qadhafi geram atas tindakan masyarakat internasional itu. Sementara selama ini gempuran diarahkan kepada para penentangnya di dalam negeri, kali ini ancaman diarahkan ke luar negeri, yang ia tuduh hanya melirik minyak di negerinya. "Kalau itu terjadi, rakyat Libya akan angkat senjata untuk melawan mereka," ujarnya berapi-api seperti biasa. (majalahtempo)

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Menunggu Mandat PBB Deskripsi: Sebuah helikopter mendarat di lahan kosong, sekitar 30 kilometer dari kota Benghazi. Dari dalamnya keluar tujuh anggota pasukan komando Spec... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►