Mayor Jenderal Mohammad Salimi, Penasehat militer Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei, mengatakan Israel tidak akan mampu menekan Iran.
"Saat ini kesiapan angkatan bersenjata Iran, khususnya Angkatan Darat, berada di puncak," katanya kepada kantor berita Mehr Jumat (11/3).
"Israel selalu menggunakan ancaman untuk menekan Iran, tetapi mereka harus tahu bahwa kekuatan angkatan bersenjata negara ini, baik dari segi fasilitas dan peralatan modern serta sumber daya manusia sangat tinggi," tegas Salimi.
Sebelumnya, pada Januari lalu, Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu menyerukan "Opsi militer terhadap Iran" untuk memaksa Tehran mengakhiri program energi nuklir sipil.
Netanyahu mengatakan bahwa tindakan militer harus diambil oleh komunitas internasional dan dipimpin oleh Amerika Serikat.
Menyinggung kesiapan militer Iran menghadapi berbagai kemungkinan serangan militer musuh, Panglima Angkatan Darat Iran Brigadir Jenderal Ahmad-Reza Pourdastan mengungkapkan, perombakan struktur organisasi, dan komposisi militer Iran dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru dunia dan jenis ancaman militer yang sedang berkembang.
Pourdastan mengatakan perubahan struktural akan memungkinkan pasukan darat untuk menghadapi segala ancaman dari berbagai sisi.
Di saat Tehran menyatakan kesiagaannya menghadapi berbagai kemungkinan serangan militer termasuk dari rezim Zionis, Israel diguncang berbagai kemelut mulai dari masalah sosial hingga friksi antar pejabat tingginya.
Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu bertemu pemimpin berbagai asosiasi pedagang dan serikat buruh, guna mencegah meningkatnya kemarahan warga dan pemogokan massal akibat naiknya harga sembako dan BBM.
Pertemuan darurat ini digelar menyusul ancaman pemimpin sejumlah asosiasi di Palestina pendudukan yang menyerukan aksi mogok massal. Keputusan itu diambil untuk memprotes ketidakmampuan rezim Tel Aviv menangani lonjakan harga barang.
Sepanjang tahun lalu, harga roti naik 10 persen, bensin melonjak 13 persen dan harga air juga meroket mencapai 134 persen. Warga Israel juga menghadapi tekanan akibat naiknya harga properti dan biaya transportasi serta pajak tidak langsung.
Di luar masalah sosial daan ekonomi, Kabinet Zionis terancam bubar dan perang memperebutkan kekuasaan semakin membara. Ehud Barak yang juga pimpinan Partai Buruh, menuding Netanyahu telah menjerumuskan Israel ke dalam krisis dan dilema besar.
Kemelut di pemerintahan Netanyahu mencuat setelah media massa memuat bocoran informasi keamanan yang sangat vital dari kantor Perdana Menteri. Menyikapi publikasi informasi itu, Netanyahu memerintahkan Badan Keamanan Umum ‘Shabak' untuk menyidik para penasehat senior terkait pembocoran informasi. Instruksi Netanyahu melahirkan gelombang ketidakpercayaan di kantor Perdana Menteri. Akibatnya, sejumlah penasehat perdana menteri memilih mundur diri dari jabatan mereka.(irib)