Tumbangnya rezim diktator Tunisia dan Mesir telah menyeret Timur Tengah ke dalam sebuah transformasi baru yang menjadi sorotan masyarakat internasional. Rakyat Arab di Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain, Libya, Aljazair dan lain-lainnya semakin tidak puas dengan kinerja pemerintahnya. Aksi demonstrasi yang dilakukan rakyat yang tidak puas ini sungguh menakutkan bagi para penguasa di negara-negara ini. Di antara negara-negara Arab ini, Arab Saudi memiliki posisi yang sangat strategis dan banyak sudah analisa mengenai negara ini dalam lingkar perubahan baru di Timur Tengah.
Diumumkannya hari Jumat ini (11/3) sebagai Hari Kemarahan di Arab Saudi dapat menjadi titik perubahan besar di kerajaan ini. Rakyat akan turun ke jalan-jalan untuk menyatakan protesnya atas kondisi politik dan sosial Arab Saudi. Sementara pihak pemerintah telah menyatakan kondisi siaga sejak Rabu (9/3) guna mengantisipasi aksi demonstrasi rakyat. Sebenarnya, sejak 13 Februari lalu Departemen Dalam Negeri Saudi telah menyiagakan pasukan pemerintah di kawasan as-Syarqiyah, timur Arab Saudi. Selain itu pihak keamanan negara ini sejak beberapa pekan lalu telah melakukan pengawasan atas aktivitas para pemuda daerah ini di situs-situs internet, dimulai dari email hingga situs jejaring sosial Facebook. Artinya, sudah jauh hari pihak rezim Saudi memanfaatkan segala fasilitas yang ada untuk mencegah terbentuknya krisis di negara ini.
Menarik menyimak sikap para pemimpin Riyadh dalam menyikapi transformasi Timteng. Arab Saudi adalah negara yang gigih mempertahankan kondisi yang ada di negara-negara Timteng. Para pejabat Saudi bahkan bersedia menerima diktator Tunisia Zine Al Abidine Ben Ali setelah dilengserkan oleh rakyat. Arab Saudi juga merupakan pendukung serius Hosni Mubarak, mantan diktator Mesir. Sementara di Bahrain, Riyadh secara transparan menyokong kerajaan Bahrain menumpas rakyat.
Dengan mencermati realita masyarakat Arab Saudi dan transformasi Timur Tengah, dapat dibenarkan bila sebagian analis politik memprediksikan bakal terjadi perubahan baru dalam struktur politik dan sosial negara ini. Di satu sisi, Riyadh selama ini dikenal menjadi satu dari negara utama dan benteng terkuat rezim konservatif Arab dalam menghadapi segala bentuk perubahan dan bahkan reformasi. Rezim ini berhasil menumpas segala bentuk tuntutan akan perubahan dan reformasi. Di sisi lain, keberanian rakyat untuk menyatakan tuntutannya sudah tidak dapat dibendung lagi. Hari Kemarahan yang akan diperingati oleh rakyat Arab Saudi Jumat besok sejatinya merupakan akumulasi dari ketidakpuasan rakyat Saudi selama ini.
Kondisi saat ini Arab Saudi sebenarnya tidak jauh lebih baik dari negara-negara Arab lainnya yang tengah menghadapi aksi demonstrasi rakyatnya. Karena Arab Saudi yang selama ini dikenal sebagai benteng pertahanan terkuat dalam menghadapi tuntutan perubahan dan reformasi rakyat mulai dipertanyakan dengan aksi-aksi rakyat terutama di timur negara ini. Hari Kemarahan yang bakal diperingati besok dengan turunnya rakyat ke jalan-jalan berarti api semakin mendekati gudang amunisi di jantung Timur Tengah. Itu artinya terbentuknya Timur Tengah Islami sudah berada di ujung mata. (IRIB/SL/NA)