Ribuan Pendemo turun ke jalan di maroko pada hari Minggu kemarin (20/2) menuntut Raja Mohammed VI menyerahkan sebagian kekuasaannya dan wewenangnya kepada pemerintah terpilih dan mereformasi sistem pengadilan lebih independen.
Demonstrasi yang diprakarsai 'Gerakan 20 Februari' mendapat tanggapan 19 ribu pengguna Facebook setelah pemberontakan rakyat di Mesir dan Tunisia.
Saeed bin Jeblu, juru bicara penyelenggara unjuk rasa tersebut, mengatakan, "Ribuan orang diharapkan akan ikut serta dalam protes di kota-kota utama, termasuk Marakesh dan Rabat." Adapun di Rabat, aparat keamanan meminta warga tidak memarkir mobil-mobil mereka di jalan-jalan utama untuk mencegah kemungkinan perusakan oleh massa.
Sementara itu, Menteri Keuangan Salaheddine Mezouar mendesak warga memboikot unjuk rasa itu. "Apabila lepas kendali, demonstrasi dalam beberapa minggu dapat merugikan kita sekaligus menghancurkan apa yang telah kita capai dalam 10 tahun belakangan ini."
Lembaga keuangan Standard & Poor's and Fitch mengatakan Maroko adalah negara Maghribi yang paling kecil berisiko dilanda dampak gelombang demonstrasi massa. Namun, para pejabat mengaku khawatir bahwa sejumlah figur di wilayah Aljazaira dan Front Polisario memanfaatkan konflik di Maroko guna memperjuangkan kemerdekaan di wilayah Sahara Barat. Sekadar catatan, Maroko menganeksasi Sahara Barat pada 1975 lampau.
Bentuk negara Maroko adalah monarki konstitusional dengan satu parlemen yang dipilih rakyat. Tetapi konstitusi memberikan kekuasaan kepada raja untuk membubarkan parlemen, memberlakukan keadaan darurat, dan memiliki keputusan akhir dalam pengangkatan segenap pejabat tinggi pemerintah, termasuk perdana menteri. Apalagi, sejak penobatannya pada 1999 lalu, peran Raja Mohammed tidak pernah diawasi begitu ketat.
Sejumlah pengamat mengatakan komitmen Maroko pada reformasi tidak pernah jelas selama berada di bawah Raja Mohammed selaku anggota Dinasti Alaouite yang memerintah Maroko selama 350 tahun dan mengaku keturunan Nabi Muhammad.
Akan tetapi, sebagaimana dilaporkan sejumlah media asing, demonstrasi di Maroko berakar dari tingginya biaya layanan fasilitas umum yang dijalankan perusahaan asing, terutama Prancis. Laman Tanjanews.com menyiarkan beberapa gambar yang menunjukkan kerusakan di sejumlah kantor cabang yang berhubungan dengan perusahaan Veolia dan bank Prancis, Societe Generale. Laman itu juga melaporkan bahwa satu kantor cabang Bank Societe Generale telah dibakar. (Jer/Reuters/I-1)
mediaindonesia