Para preman, Milisi dan penembak jitu pro-Presiden Libya, Muammar Gaddafi, tengah berjuang keras mengendalikan ibukota menyusul jatuhnya kontrol sejumlah kota ke tangan para demonstran.
Berbagai laporan menyebutkan bahwa demonstran telah merebut kontrol kota Tajuraa, yang terletak tidak jauh dari ibukota. Kota Zwaara dan Azzawiya di Libya barat juga lepas dari kontrol pemerintah Gaddafi.
Para demonstran berhasil menguasai sekitar 70 persen kota di Libya bersamaan dengan maraknya aksi pembelotan dan pembangkangan para tentara negara ini atas instruksi pembunuhan warga yang berdemo.
Warga di Propinsi Cyrenaica juga mulai berjuang menyingkirkan kendali pemerintah dan aparat keamanan. Upaya ini menyusul jatuhnya kota terbesar kedua di Libya, Benghazi.
Pasukan pro-Gaddafi, di kota Tobruk menyatakan telah kehilangan kendali atas wilayah tersebut. Para tentara di Tobruk menyatakan tidak akan mendukung Gaddafi. Tobruk terletak dekat perbatasan Mesir.
Kebrutalan rezim Gaddafi dalam upaya menghentikan aksi unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir, memantik gelombang protes dunia. Kekerasan yang telah menewaskan sekitar 1.000 demonstran.
Di sisi lain, menurut para pengamat, brutalitas rezim Gaddafi makin memberikan momentum gerakan rakyat melawan rezim diktator dan semakin kecil pula kemungkinan bagi rakyat untuk membatalkan tuntutan mereka. (IRIB/MZ/SL)