Pemimpin Libia Moammar Gadhafi, yang menghadapi tantangan berat selama dalam 40 tahun kekuasaanya pada Senin malam (21/2) waktu setempat, namun diktator tersebut mengecam "anjing-anjing" yang mengklaim bahwa ia telah melarikan diri dari negara tersebut.
Jaringan media elektronik resmi Libia menyatakan bahwa siaran tersebut adalah siaran langsung dari rumah Gadhafi di Tripoli.
Sebelumnya beredar berita Gadhafi berencana tampil di Televisi, Selasa (22/2), untuk "membantah desas-desus yang telah beredar", kata stasiun TV negara.
Ketika kekerasan ditingkatkan dan penembakan tanpa pandang bulu dilaporkan di Tripoli, Gaddafi muncul pada televisi pemerintah awal Selasa untuk membantah "laporan jahat" bahwa ia telah melarikan diri setelah beberapa kota jatuh ke tangan pasukan oposisi.
Pesawat tempur Libya meluncurkan serangan pengemboman pada pangkalan-pangkalan militer dan, diklaim, daerah perlawanan di dalam sebuah upaya akhir untuk menegaskan kembali kendali.
Dua kolonel dalam angkatan udara menerbangkan jet mereka ke Malta, mengatakan bahwa mereka telah menolak perintah untuk menembak para pemrtes di kota kedua Benghazi dan ingin mencari perlindungan.
Tokoh-tokoh senior rejim tersebut, termausk menteri keamanan publiknya, menteri kehakiman, dan tujuh duta besar di seluruh duni, juga membelot Gaddafi.
Deputi Duta Besar untuk PBB, Ibrahim Omar Al-Dabashi, menggambarkan tindakan pemimpinnya sebagai "pembunuhan masal" dan meminta untuk intervensi internasional.
Dalam penampilan singkatnya, di mana ia difilmkan sedang keluar dari belakang sebuah mobil dengan memegang sebuah payung, Gaddafi mengklaim bahwa ia masih berada di Tripoli.
Sebelumnya, William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris, mengatakan bahwa ia telah melihat informasi yang menyarankan bahwa Kolonel Gaddafi sedang dalam perjalanan ke Venezuela.
Namun dalam rekaman video tersebut, yang tidak dapat dipastikan keasliannya, Gaddafi bersikeras meyakinkan orang-orang bahwa tidak seharusnya mempercayai "anjing-anjing" yang membuat klaim semacam itu.
Nicolas Maduro, menteri luar negeri Venezuela, juga mengkritisi pernyataan Hague tersebut sebagai komentar-komentar yang tidak bertanggung jawab.
Para pelaku kampanye pro-demokrasi mengatakan mereka percaya bahwa Gaddafi akan menuju kota bagian selatan, Sebha, di mana ia tumbuh besar dan yang mana ia berubah menjadi sebuah kubu, untuk membuat pertahanan terkhirnya.
Sebha adalah rumah keturunan leluhur Gaddafi, tempat ia dibesarkan dan di mana orang-orang akan selalu setia kepadanya," kata salah satu pelaku kampanye tersebut.
"Jika Gaddafi di sana, maka akan ada sebuah banjir darah karena sekutu-sekutunya akan bertarung sampai satu orang yang mampu berdiri untuk membela dirinya."
Laporan-laporan dari seluruh Libya menyarankan bahwa sebuah pidato pada Minggu malam oleh anak Gaddafi, Seif Al-Islam, mengancam rejim tersebut akan "bertempur sampai peluru terakhir" telah tertembak parah.
Setelah perlawanan anti-Gaddafi mengambil alih Benghazi, para pemrotes mengambil alih jalanan Tripoli, yang sebelumnya kurang sangat terpengaruh.
suaramedia