9 Feb 2011

Council of Foreign Relations

Image634644274937343750Tempat  : Harold Pratt house, New York City.
Masa     : Tahun 1917-hingga sekarang.
Pendiri  : Diorganisir oleh Kolonel Edward Mandell House (Penasehat rahasia presiden Woodrow Wilson selama Perang Dunia I). John W.Davis, Russel Leffingwell (keduanya adalah ‘tangan kanan’ J.P Morgan, jutawan sekaligus donatur tetap CFR).
Siapa    : Kaum globalis terbesar dengan tim inti diantaranya; Elihu Root, John Foster Dulles dan Christian Herter (ketiganya pernah menjabat sbg menteri luar negeri AS).

Keluarga Pratt Rockefeller (Standart Oil, sebagai donatur), 3300 anggota yang sudah terseleksi; orang2 penting pengendali keuangan, politik, informasi-komunikasi dan kurikulum akademik. Allen Dulles yang kelak menjadi Direktur CIA, selanjutnya setiap pejabat setelahnya termasuk George Bush dan William Casey.

Cara     : CFR tidak sekedar mengendalikan CIA, tapi juga berkuasa mengontrol Departemen Luar negeri AS. Kendali kuasa ini terjadi sejak Presiden Truman mendirikan Psycological Strategy Board (PSB; Dewan Strategi Psiko-politik). PSB harus dipimpin para anggota CFR, yaitu Gordon Gray dan Henry Kissinger.

Kemudian PSB menjerat Departemen Luar Negeri di berbagai negara. (Eisenhower pernah mengubah PSB  menjadi Operation Coordination Board (OCB; Dewan Pengendali Operasi), tapi kemudian Presiden Kennedy membubarkan OCB).

Kolonial ini kemudian melakukan komite ad hoc yang disebut Special Group (kelompok khusus) dan terus hingga kini dan tetap menyediakan diri dikuasai para anggota CFR.

Tahun 1941, CFR berhasil memegang kendali Deplu AS dengan menbentuk Division of Special Riset (anggotanya terdiri dari para ilmuwan) untuk menguasai dan mengendalikan riset-riset keamanan, senjata perang, ekonomi dan politik.

CFR bertindak sebgai ‘tangki’ pemikiran yang membanjiri dunia dengan arus deras agenda penelitian global. NATO dan Marshall Plan juga salah satu yang di ciptakan oleh CFR. Layak atau tidaknya berita yang dimuat di New York Times atau kebijakan luar negeri AS, semua harus melalui penggodokan CFR sebelum diputuskan, dengan menciptakan argumen2 intelektual maupun emosional untuk memuluskan kebijakan itu sekaligus mengacaukan dan menyingkirkan lawan2 intelektual maupun politisnya.