Muslim di salah satu kota Kanada, Montreal membuka pintu rumah peribadatannya bagi para tetangga non-Muslim, dalam sebuah gelagat ramah mereka berharap hal ini akan menghancurkan kesalahpahaman yang begitu mendalam tentang agama yang penuh perdamaian tersebut di dalam masyarakat.
"Tujuan kami adalah untuk mulai mengenal tetangga kami dan memberi para tetangga kami sebuah kesempatan untuk mengenal kami lebih baik," Salam Elmenyawi, presiden Dewan Muslim Montreal (Muslim Council of Montreal – MCM), mengatakan kepada kantor berita harian Montreal Gazette pada Jum'at (3/12) waktu setempat.
Dua belas Masjid dari semua Montreal akan ambil bagian dalam program kesadaran tersebut, bertajuk Montreal Open Door Mosque, yang akan dimulai pada Minggu pekan depan, 5 Desember 2010.
Pusat Islam besar tersebut, termasuk Centre Islamique de Quebec (Pusat Islam Quebec), Masjid Assunnah Annabawyah, dan Masjid Attawheed yang berada di antara Masjid-masjid tersebut ambil bagian dalam program tersebut.
Menurut program tersebut, yang diajukan oleh MCM, Masjid-masjid tersebut akan menyambut non-Muslim untuk mengamati sholat dan menanyakan hal-hal tentang Islam.
Para pengunjung akan dminta untuk berpakaian dengan sopan dan melepas sepatu mereka sebelum memasuki Masjid.
"Membantu berkembangnya perdamaian dan itikad baik di dalam komunitas adalah tanggung jwab kolektif dari semua warga negara," kata Elmenyawi dalam sebuah rilisan pers pada website MCM.
"Kami berharap acara Masjid Terbuka tersebut akan menjadi sebuah alat untuk membuka kanal dari komunitkasi dan membangun jembatan saling memahami dan saling menghormatu."
Salah satu kota di Kanada tersebut adalah rumah bagi sekitar 225.000 Muslim, menurut Dewan Muslim Montreal.
Muslim menyusun sekitar 1,9 persen dari keseluruhan 32,8 juta penduduk Kanda, dan Islam adalah salah satu agama non-Kristen di negara Katolik Roma tersebut.
Program kesadaran tersebut dimaksudkan untuk membersihkan kesalahpahaman tentang Islam di dalam masyarakat mereka.
"Ada banyak kesalahpahaman tentang Islam di negara ini dan di Barat," Ahmed Chihane, Presiden dari Pusat Islam Verdun, sebuah Masjid kecil di sebuah bangunan yang tidak begitu dikenal yang juga turut serta dalam program tersebut, mengatakan kepada harian Gazette tersebut.
"Ini adalah sebuah kesempatan untuk menjelaskan kepada orang-orang terutama non-Muslim, apa itu Islam."
Di antara banyaknya stereotip yang salah yang dihubungkan degan Islam adalah ketidaksetaraan gender terhadap para wanita.
Elmenyawi menyesalkan bahwa pikiran semacam itu terpasang di dalam masyarakat Barat meskipun terdapat fakta bahwa Islam telah menjamin hak para wanita untuk memiliki properti selama 1.400 tahun.
"Pria, wanita, kulit hitam, kulit putih, kaya, miskin: semua orang setara," ia mengatakan.
"Islam kemungkinan satu-satunya agama yang membawa kesetaraan semacam itu dari Hari Pertama."
Mengikuti serangan 11 September 2001 pada AS, Muslim Kanada juga merasakan stigamsisasi, dengan aliran masyarakat yang menuduh mereka menyetujui kekerasan.
Persepsi negatif semacam itu berawanan dengan sifat dasar Islam, Chihane mengiyakan.
"Kata Islam datang dari perdamaian," ia mengatakan.
"Di dalam Al-Qur'an, ada begitu banyak ayat yang membicarakan tentang perdamaian."
Elmenyawi berharap bahwa acara tersebut akan membantu mengoreksi pikiran-pikiran semacam itu di antara para warga Kanada yang menerima tangan-tangan Muslim yang terbuka dengan persahabatan dan pemahaman.
"Tugas kami adalah menjatuhkan tembok-tembok pembatas tersebut dan membangun jembatan." (Suaramedia.com)