Israel tidak bisa mengalahkan Hizbullah dalam keterlibatan langsung dan kelompok gerilyawan Syiah Libanon ini akan menimbulkan kerusakan berat di bagian depan negara Israel jika perang pecah, kata seorang mantan penasehat keamanan nasional Israel Kamis kemarin (16/12).
Meski kalah jumlah dan persenjataan, kelompok perlawanan Syi'ah Hizbullah mampu menahan maju pasukan bersenjata Israel dalam perang 2006 dan menembakkan lebih dari 4.000 roket ke wilayah Israel. Kelompok ini mempunyai basis politik domestik dan sejak ditopang oleh gudang senjata dan menggambarkan Israel sebagai ancaman strategis.
Ketegangan antara pendukung Israel dan Hizbullah Iran dan Suriah telah memicu adanya kekerasan baru di Libanon.
"Israel tidak tahu cara untuk mengalahkan Hizbullah," kata Giora Eiland, mantan jenderal militer yang menjabat sebagai penasihat keamanan nasional untuk mantan perdana menteri Ariel Sharon dan Ehud Olmert.
"Oleh karena itu perang yang dilancarkan hanya sebagai Israel-versus-Hizbullah mungkin menghasilkan kerusakan yang lebih baik pada Hizbullah, tetapi Hizbullah akan menimbulkan kerusakan lebih buruk pada halaman depan Israel daripada perang yang lalu," katanya kepada Radio Israel.
"Satu-satunya cara kami untuk mencegah perang berikutnya, dan menang jika hal itu terjadi, adalah agar bisa menjadi jelas bagi semua orang ... bahwa perang lain antara kami dan Hizbullah akan menjadi perang antara Israel dan negara Libanon dan akan mendatangkan kerusakan pada kondisi Libanon.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah menyatakan bahwa peran Hizbullah dalam mengatur pemerintah Libanon akan membuat permainan negara yang adil dalam masa perang yang melibatkan milisi Syi'ah.(Eramuslim.com)