23 Nov 2010

Tentara Muslim AS Alami Diskriminasi

ImageDua tentara ditempatkan di pangkalan-pangkalan yang terletak di AS mengatakan bahwa mereka telah menghadapi pelecehan terus-menerus sehubungan dengan keyakinan Muslimnya, memperbarui pertanyaan tentang peranan agama dalam pasukan bersenjata terbesar dunia.


Spesialis Zachari Klawonn, 21 tahun direncanakan mengajukan sebuah tuntutan hukum dengan sebuah kelompok yang disebuat Yayasan Kebebasan Beragama Militer (Military Religious Freedom Foundation – MRFF), menuduh bahwa ada sebuah "masalah sistematis" dengan Islamophobia di Fort Hood, Texas, di mana ia ditempatkan, dan di seluruh angkatan darat AS.


Tentara kedua, Prajurit Naser Abdo, 20 tahun, menunggu mendengar apakah ia akan dikabulkan conscientious objector status (status penolakan melaksanakan tugas militer atas dasar kebebasan pendapat, kesadaran, atau agama); dan secara hormat dibebaskan dari Angkatan Darat. Jika aplikasinya ditolak, ia mengatakan bahwa ia akan mengatakan bahwa ia akan menolak penyebaran ke Afghanistan dan kemungkinan akan menghadapi masa tahanan.


Terlahir di Texas dari seorang ibu berkebangsaan Amerika dan seorang ayah Palestina, Abdo mengadopsi Islam pada usia 17 tahun. Ia mendaftar dua tahun kemudian pada April 2009, setelah bersekolah di Universitas di Dubai.


Abdo merasa ia akan menjadi "sebuah aset yang hebat" untuk Angkatan Darat karena ia dapat berhubungan secara agama dan budaya dengan orang-orang Irak dan Afghanistan, di mana lebih dari 150.000 pasukan AS disebar.


Namun selama pelatihan dasar di Fort Bennings di Georgia, Abdo mengklaim bahwa ia dilecehkan oleh tentara yang lain.


Ia diminta untuk memainkan teroris di latihan-latihan militer. Para tentara menuduhnya ingin membunuh tentara Yahudi di pangkalan tersebut. Sementara itu, mereka mengatakan kepada atasannya bahwa ia tidak mampu membunuh musuh, dalam sebuah upaya untuk membuatnya dikeluarkan dari militer, Abdo mengatakan.


"Persetan denganmu dan Tuhanmu yang tidak ada. Tuhan tidak dapat menyelamatkanmu," ia mengingat dikata-katai oleh seorang tentara, mengikuti sebuah ketidaksetujuan tentang jalan yang mana untuk melewati hutan pada sebuah latihan navigasi darat.


Abdo melaporkan kejadian tersebut kepada atasannya dan tentara tersebut dihukum, Abdo mengatakan. Namun pelecahan tersebut tidak berhenti.


"Pelecehan tersebut adalah sebuah hal yang berlangsung konstan," ia mengatakan kepada kantor berita CTV, California.


Setelah menyelesaikan pelatihannya, Abdo ditugaskan di Divisi Airborne ke-101 di Fort Campbell, Kentucky – pangkalan terbesar ketiga di AS dengan sekitar 30.000 pasukan ditempatkan di sana dan 17.000 lainnya disebar di Afghanistan – di mana ia mengatakan bahwa pelecehan tersebut masih berlanjut.


Menghadapi penyebaran di timur laut Afghanistan, ia mengajukan conscientious objector status pada bulan Juni, mengatakan bahwa ia telah memeluk sebuah interpretasi pasifis (orang yang suka damai) Islam. Ia juga menyewa seorang pengacara sipil dan mengirim istri Kanada-nya untuk tinggal dengan keluarga di Ontario jikalau ia menghadapi hukuman.


"Saya mulai ingin mendapatkan sebuah pijakan yang bagus dengan Tuhan," Abdo mengatakan dalam sebuah wawancara telepon. "Hanya memastikan bahwa saya siap untuk mati, sehingga jika sesuatu terjadi saya tidak akan terbakar di neraka."


Awal bulan ini, ia mengumpulkan tugas akhir untuk aplikasinya, setelah seorang petugas penyelidikan menyarankan bahwa aplikasi tersebut disetujui.


Petugas tersebut menemukan bahwa keraguan awal Abdo tentang militer dapat dilacak kembali pada tiga hal: bahwa ia tidak dapat berpuasa selama Ramadhan, bahwa ia dilarang sholat lima waktu dalam satu hari, dan bahwa ia dilecehkan oleh tentara lainnya karena menjadi seorang Muslim.


Seorang juru bicara di Fort Campbell, di mana Abdo ditempatkan, tidak dapat mengkonfirmasi rincian tentang kasusnya sebubuangan dengan hukum privasi federal namun mengatakan bahwa pangkalan tersebut tidak menerima keluhan lain tentang diskriminasi keagamaan "dalam beberapa tahun ini."


"Militer tidak membela Anda dalam satu garis dan membuat Anda menyatakan agama Anda secara publik," kelly Dewitt mengatakan kepada kantor berita CTV menambahkan bahwa sebuah layanan agama "biasanya bukanlah sebuah masalah kecuali Anda membuatnya sebuah masalah, semacam berada di tempat kerja penduduk sipil.


Sementara itu, seperti halnya Abdo, Klawonn yang ibunya adalah seorang Moroko, mengatakan bahwa ia dicegah melakukan sholat dan berpuasa. Ia melihat Al-Qur'annya dirobek. Para tentara melemparkan botol kepadanya. Ditengah malam seseorang menggedor baraknya dan meninggalkan sebuah catatan yang mengatakan dalam huruf hitam tebal, "Sialan kau kepala kopyah, terbakarlah di neraka."


Ia melaporkaGelombang Diskriminasi Menghantam Tentara Muslim di ASn kejadian tersebut kepada pejabat komandonya namun ia mengatakan bahwa pelecehan tersebut terus berlangsung, dan ia direlokasi untuk tinggal di perempatan di luar pangkalan untuk perlindungannya sendiri.


"Hal ini benar-benar menyisakan saya berada di sebuah persimpangan antara agama saya, negara saya dan kewajiban saya kepada angkatan darat AS," ia mengatakan.


Sebagai tanggapan, Klawonn dan MRFF direncanakan mengajukan sebuah tuntutan hukum di pengadilan federal dalam beberapa pekan ini yang akan menggarisbawahi keluhan yang akan mereka alamatkan.


Tujuannya adalah untuk membuat militer AS "menggunakan kebijakan kesetaraan kesempatan mereka," Klawonn mengatakan, yang ia percayai abhwa mereka mengabaikanannya. Sebaliknya, ia kemungkinan mengikuti jejak langkah Abdo dan mengajukan untuk dibebastugaskan secara terhormat dari militer sebagai seorang conscientious objector.

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Tentara Muslim AS Alami Diskriminasi Deskripsi: Dua tentara ditempatkan di pangkalan-pangkalan yang terletak di AS mengatakan bahwa mereka telah menghadapi pelecehan terus-menerus sehubung... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►