Dengan Islam dan rumah-rumah peribadatan Muslim nasional di bawah pengawasan yang terus berkembang, tiga Masjid di New York Barat membuka lebar pintu mereka pada Sabtu (20/11) sore waktu setempat dan membiarkan masyarakat umum melihat-lihat sendiri.
Para pemimpin Masjid tersebut juga diundang untuk bertanya dan para pengunjung menanggapi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang topik yang beranekaragam seperti Hukum Syariah, peranan wanita di dalam agama, kepercayaan Muslim tentang Setan, terorisme, interpretasi Al-Qur'an, bagaimana Muslim berdoa, siapa yang membuat keputusan tentang Masjid dan apakah Muslim syiah dan Sunni beribadah di tempat yang sama.
"Semoga, ini adalah sebuah awal," kata Mohamad Ayoub, seorang kontraktor Williamsville yang menjabat sebagai presiden Asosiasi Kebudayaan Islam, yang menjalankan Masjid Al-Iman di Conneticut Street. "Pintu kami selalu terbuka. Saat ini kami memiliki enam, tujuh orang. Lain waktu, semoga saja kami akan memiliki 20 orang."
Ayoub mengatakan bahwa akan membutuhkan puluhan tahun untuk Muslim Amerika mengatasi perselisihan yang Islam hadapi di televisi, internet dan acara bincang-bincang di radio di negara ini karena serangan teroris 11 September 2001.
Karena orang-orang yang terlibat dalam serangan tersebut adalah Muslim, sebanyak lebih dari 1.800 Masjid di AS telah berada di bawah kecurigaan yang meningkat sebagai tempat berkumpul yang memungkinkan untuk para simpatisan teroris.
Beberapa pengunjung pada Sabtu tersebut menunjukkan dukungan untuk kehadiran Muslim di New York Barat, yang nampaknya mulai berkembang.
Masjid di Conneticut Street tersebut buka sekitar lima tahun yang lalu di sebuah bekas gedung teater dan telah berada hampir dalam keadaan renovasi yang konstan dan perluasan sejak saat itu. Hanya pekan lalu, Pusat Islam Jaffarya di Niagara frontier membuka pintu dari sebuah fasilitas baru senilai $2,4 juta di Transit Road. Dan di Air Terjun Niagara, komunitas Muslim Ahmadiya baru-baru ini membeli tempat ibadah pertama mereka, sebuah bekas gereja di Colvin Boulevard.
Victoria Ross, yang mengunjungi Gereja Lutheran Holy Trinity, mengatakan bahwa ia muncul di Masjid Al-Imam tersebut sebagai sebuah bentuk solidaritas dengan Muslim untuk "membantu menghentikan penebaran rasa takut yang semakin menggila dan sentiment anti-Islam yang sedang berlangsung."
"Saya senang ada sebuah Masjid di sini," ia menambahkan.
Yang lainnya mengatakan bahwa mereka hanya penasaran tentang seperti apa Masjid itu dan ingin belajar lebih banyak tentang Islam.
Lesley Haynes, yang tinggal beberapa blok jauhnya dari Masjid Conneticut Street tersebut, mampir untuk beberapa jam pada Sabtu untuk bertemu dengan tetangga komunitasnya.
"Saya bahkan tidak mengetahui bahwa Masjid tersebut di sini, dan saya tinggal di lingkungan ini," kata Haynes, seorang anggota Gereja Presbyterian Pertama Buffalo.
Haynes telah mengunjungi Masjid tersebut sebelumnya sebagai bagian dari acara antar agama, ia mengatakan.
Pada satu titik sepanjang tur di dalam ruangan untuk berdoa tersebut, Haynes menanyakan kepada Ayoub apakah tulisan yang tertulis dalam bahasa Arab di balkon tersebut adalah dari Al-Qur'an.
Ayoub kemudian menerjemahkan ayat tersebut, yang mengatakan Allah sebagai satu Tuhan, yang mengetahui semuanya dan menguasai surga dan bumi. Ayat tersebut adalah salah satu dari ayar yang paling dikenal luas di dalam Al-Qur'an.
"Apa yang Anda katakana juga ada di dalam Al-Kitab,"Haynes mengatakan.
"Tentu saja," Ayoub menanggapi.
Cerita bahtera Nuh berada di antara ayat yang juga disebutkan di Al-Qur'an dan di Perjanjian lama, kata Arjmound Haroon, seorang wanita Muslim yang mengunjungi Masjid tersebut dari Clarence.
"Terdapat lebih banyak kesamaan dari pada perbedaan," kata Haroon.
Namun ada banyak juga perbedaan. Tidak seperti kebanyakan jemaah Kristen, yang mana kedua gender berdoa bersama di bangku gereja, wanita Muslim sholat menjauh dari para pria di sebuah balkon lantai dua, kata Sam Al, yang memimpin tur di dalam Masjid tersebut.
Kemudian, Al menyadari bahwa ketidaksetaraan ada di dalam kebudayaan Arab dan terkadang merembes ke dalam praktik keagamaan. Al dan Ayoub mengatakan bahwa banyak Muslim tidak mengerti agama mereka sendiri.
"Ada perbedaan di antara Islam dan Muslim. Beberapa orang mengetahui bagaimana menjadi seorang Muslim dan beberapa orang sama sekali tidak memiliki petunjuk," kata Ayoub.
Acara ramah tamah tersebut menarik sekitar 25 orang menuju Masjid Islam Lackwanna di Wilkesbarre Street dan lebih dari 100 orang menuju Masjid An-Nur di Heim Road di Amherst, kata Dr. Khalid J. Qazi, presiden Dewan Muslim Urusan Publik – cabang New York Barat, yang menyelenggarakan upaya tersebut.
Para pemimpin Area Muslim didorong untuk menjelajahi lagi konsep acara ramah tamah tersebut atas kerena kontroversi atas usulan Masjid di dekat Ground Zero di Manhattan dan usulan pembakaran Al-Qur'an.
"Kami masih belum menyelesaikannya dalam beberapa waktu, dan kami mungkin harus melakukannya lebih seirng," kata Qazi.
Masjid Taubah di 1802 Perce Ave, di Air Terjun Niagara akan dibuka untuk publik dari jam 2 sampai jam 5 sore pada Minggu (21/11). (Suaramedia.com)