Iran telah mengembangkan sebuah sistem pertahanan udara yang memiliki kemampuan setara dengan sistem S-300 buatan Rusia, hal itu disampaikan seorang perwira tinggi militer Iran.
"Kami telah mengembangkan sistem itu dengan meng-upgrade sistem-sistem seperti S-200 dan kami telah berhasil mengujicobanya dengan menggunakan seluruh potensi dan pengalaman kami di Korps Garda Revolusi Islam, Angkatan Darat, dan Kementerian Pertahanan," kata Brigadir Jenderal Mohammad Hassan Mansourian kepada Press TV, Rabu (17/11).
Diumumkannya hal tersebut dilakukan setelah Rusia membatalkan kesepakatan penjualan sistem S-300 ke Iran pada bulan September kemarin, tambah sang jenderal.
Menurut Brigadir Jenderal Mansourian, rincian sistem pertahanan peluru kendali jarak jauh Iran tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat.
Tanggal 3 November lalu, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengkritik Rusia karena melakukan pembatalan kesepakatan militer yang "sepihak dan ilegal."
"Kesepakatan ini harus diselesaikan. Jika mereka (Rusia) menolak memenuhi komitmen mereka, bangsa Iran akan menagih hak-haknya serta kerugian yang diakibatkannya," kata Presiden Ahmadinejad.
Menurut kontrak senilai $800 juta yang ditandatangani pada tahun 2005, Rusia setuju memberikan setidaknya lima sistem pertahanan S-300 kepada Iran.
Desember tahun lalu, Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengeluarkan dekrit yang melarang pengiriman S-300 ke Iran dengan dalih resolusi sanksi yang dirancang AS terhadap Iran terkait program nuklir negara tersebut.
Iran mengkritik Rusia dan berpendapat bahwa Resolusi 1929 tidak membenarkan penolakan Moskow yang tidak menyelesaikan kesepakatan, karena resolusi tersebut tidak secara spesifik melarang pengiriman peluru kendali pertahanan kepada Teheran.
Sebelumnya, seorang komandan militer Iran mengumumkan produksi sistem radar pertahanan udara dengan radius 3.000 kilometer.
Brigadir Jenderal Ahmad Miqani mengatakan pada hari Minggu (14/11) lalu bahwa dengan diproduksinya radar baru tersebut, benda terbang macam apa pun akan terdeteksi radar saat terbang rendah.
Latihan pertahanan udara selama lima hari, yang dimulai pada 16 November, merupakan bagian dari latihan tahunan yang diselenggarakan dengan partisipasi dari unit-unit pertahanan udara Iran, tambah Miqani, komandan Pangkalan Pertahanan Udara Khatamolanbia.
Ia menambahkan, latihan itu diselenggarakan dalam tiga tahapan. Pada tahap pertama, pasukan Iran bergabung dengan unit intelijen untuk menghadapi upaya pengumpulan data intelijen dan perang psikis musuh.
Pada tahapan kedua, pasukan Iran menyerang unit pengintaian uidara dan musuh akan melakukan serangan sambil terbang rendah terhadap pertahanan udara Iran, dan pasukan Iran akan mendeteksi dan menarget pesawat mereka dengan peluru kendali anti-pesawat tempur, kata sang komandan kepada kantor berita Fars.
Miqani menambahkan, pada tahap ketiga, pasukan Iran akan menghadapi upaya musuh menyerang lokasi-lokasi nuklir dan lokasi sensitif Iran lainnya dengan pesawat tempur, drone, dan peluru kendali.
Ia mengatakan, latihan itu bertujuan untuk mengukur efektifitas sistem persenjataan dan pendeteksi antipeluru kendali Iran untuk melakukan pengembangan yang perlu dilakukan. (Suaramedia.com)