"Saya dianggap pro pemerintah [Indonesia] karena banyak bicara soal Indonesia," kata Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Malaysia itu saat memberi kuliah umum bertema "Reformasi dan Demokratisasi di Malaysia," yang diselenggarakan Soegeng Sarjadi School of Gevernment (SSSG) di Jakarta.
Menurut Anwar, tudingan itu dilancarkan sejumlah politisi Malaysia dalam berbagai kesempatan di parlemen, di mana dia menjadi pemimpin kubu oposisi. Hal itu terjadi seiring memanasnya hubungan diplomatik dengan Indonesia akibat kasus pembakaran bendera Malaysia dan kasus tuduhan kriminalisasi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Untuk menjawab tudingan tersebut, Anwar menjawab bahwa kedekatannya kepada Indonesia bukan berarti dirinya tidak mencintai Malaysia. Dia juga membantah tudingan tersebut dengan menegaskan keasliannya sebagai warga negara asli Malaysia.
"Darah saya baik, dari saya sendiri maupun dari istri saya, semuanya warga negara Malaysia," kata Anwar.
Sementara itu, Direktur Eksekutid SSSG, M Fadjroel Rachman, menilai sosok Anwar Ibrahim merupakan "pemimpin pembangkang" di Malaysia. "Jangan salah, ketua pembangkang ini, untuk bahasa Indonesia sama dengan ketua Oposisi," ujar Fadjroel.
Fadjroel menghimbau hubungan panas antara Malaysia dan Indonesia hendaknya jangan menyulut konfrontasi baru. Rakyat Indonesia sebenarnya cukup menitipkan pesan kepada Anwar, yang memimpin 80 anggota parlemen yang tergabung sebagai kubu oposisi.
"Daripada perang mending menitipkan pesan kepada Anwar, yang anggotanya ada 80 orang di parlemen Malaysia," kata Fadjroel. "Penyelesaian tidak harus lewat perang tapi lewat akal pikiran dan nurani yang sehat," lanjut dia.
Sementara itu, pengamat politik Soegeng Sarjadi menilai saat ini telah muncul gejala perpecahan rumpun melayu di kawasan Asia Tenggara. "Pecahnya rumpun seperti di Yugoslavia, Kazhastan, Pakistan, dan Israel, Palestina," kata Soegeng.
Padahal, lanjut Ketua Pendiri Soegeng Sarjadi Foundation itu, jika Malaysia dan Indonesia sebagai negara rumpun melayu mampu menggabungkan ekonominya, akan menjadi kekuatan ekonomi yang baru.
Lebih jauh, kedua negara sebetulnya bisa bersama-sama mencoba mengembangkan nuklir untuk pengembangan negaranya masing-masing. "Negara yang menguasai nuklir, tidak akan dihina negara manapun, jadi rumpun Melayu pun bisa demikian," kata Soegeng.
Maka, dia berharap kedatangan Anwar ke Indonesia kali ini bisa kembali menyatukan rumpun Melayu di Asia. Pada kuliah umum Anwar itu, tampak hadir mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Politisi Partai Golkar Marwah Daud Ibrahim, serta pengamat ekonomi Faisal Basrie.
Anwar Ibrahim, menuding partai berkuasa UMNO sengaja menggunakan isu memanasnya hubungan negaranya dengan Indonesia untuk mendapat dukungan masyarakat. Isu itu terkesan dibesar-besarkan dan menjadi permainan politik di parlemen Malaysia.
"Isu itu muncul di kalangan tokoh politik yang kehabisan akal," kata Anwar saat memberikan kuliah umum mengenai "Reformasi Politik dan Demokratisasi di Malaysia." Acara itu berlangsung di suatu hotel di Jakarta.
Menurut Anwar, dirinya melihat sinyalemen bahwa isu pembakaran bendera dan pelemparan kotoran di Kedubes Malaysia di Jakarta beberapa waktu lalu telah dijadikan permainan politik di kalangan parlemen Negeri Jiran.
Sebagai partai politik penguasa, UMNO dianggap sengaja membesarkan isu-isu ketegangan Malaysia dan Indonesia dengan meggambarkan seolah-olah Malaysia kini terancam dengan serangan yang meluas di kalangan masyarakat Indonesia. "Pernyataan dari UMNO itu saya anggap tidak benar, bahkan itu dongeng baru," kata Anwar, yang merupakan Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat.
Kendati demikian, mantan deputi perdana menteri Malaysia itu juga tidak membenarkan tindakan kaum anarkis yang sengaja membakar bendera Jalur Gemilang serta melempar kotoran ke arah Kedubes Malaysia di Jakarta dalam suatu demonstrasi yang digalang kelompok Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) Agustus lalu.
Anwar melihat isu memanasnya hubungan bilateral sudah sampai pada tataran masyarakat bawah di Indonesia. Hal itu diketahuinya dari perjalanan ke sejumlah kota di Jawa. "Kondisi ini tidak sehat dalam hubungan jangka panjang kedua negara. Bahkan hanya akan mempersulit hubungan Indonesia dan Malaysia," kata Anwar.
"Di Malaysia tidak ada liputan yang berimbang soal Indonesia," ujarnya usai didaulat menjadi pembicara dalam stadium general berjudul 'Reformasi Politik dan Demokrasi di Malaysia, Menuju Persahabatan Setara Indonesia-Malaysia' di Hotel Four Seasons, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Soal korupsi misalnya, media di Malaysia tidak pernah memberitakan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memerangi korupsi di Indonesia. Sehingga seolah-olah semua orang Indonesia melakukan korupsi.
"Padahal Malaysia juga korupsi, tapi korupsinya lebih canggih karena pakai cara Inggris, kalau Indonesia masih pakai cara Belanda," terangnya.
Pemberitaan seputar tenaga kerja Indonesia (TKI) juga sangat menyudutkan para perantau asal Indonesia. Media hanya memberitakan hal-hal negatif yang dilakukan oleh TKI.
"Media Malaysia hanya memberitakan kasus-kasus yang dilakukan oleh TKI, padahal kejahatan yang dilakukan TKI sangat sedikit. Lebih banyak dilakukan oleh masyarakat, bukan oleh pekerja asing," terang pimpinan Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang merupakan partai oposisi di negeri jiran itu. (Suaramedia.com)
Artikel Terkait
- Reviewer: Asih -
ItemReviewed: Informasi RI-Malaysia Dinilai Salah
Deskripsi:
Hubungan diplomatik yang memanas antara Indonesia-Malaysia ternyata turut "menyeret" mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Anwar...
Rating: 4.5