Karena dihalang-halangi lawan politiknya dan berfokus pada prioritas persaingan, pemerintahan Obama mengesampingkan upaya-upaya untuk menutup penjara Guantanamo sehingga Obama tidak akan dapat memenuhi janjinya untuk menutup penjara tersebut sebelum masa jabatannya berakhir 2013 mendatang.
Saat Gedung Putih tahun lalu mengumumkan bahwa tenggat waktu awal yang digariskan Obama pada Januari 2010 akan terlewatkan, Gedung Putih juga menyatakan para tahanan akan dipindahkan ke Illinois. Namun, rencana tersebut diganjal di Kongres, dan pemerintahan AS tidak banyak berbuat untuk menyelesaikannya.
"Ada banyak sekali perlawanan yang menentang penutupan penjara, dan menurut pengamatan saya pemerintah (Obama) tidak mengerahkan seluruh daya upaya," kata Senator Carl Levin, perwakilan Demokrat dari Michigan yang mengetuai Komite Layanan Senjata Senat dan mendukung rencana Illinois. Ia menambahkan, "Kemungkinannya adalah, (penjara) itu akan tetap dibuka pada pemilihan presiden berikutnya."
Senator Lindsey Graham, seorang Republikan asal Carolina Utara yang juga mendukung penutupan penjara Guantanamo, mengatakan upaya tersebut "mendapatkan dukungan penuh dan kemungkinan tidak akan ditutup dalam waktu dekat."
Graham menyebutkan mengenai "hasutan" terhadap rekan-rekan Republikan dan buruknya perencanaan serta pengambilan keputusan pemerintah.
Gedung Putih berkeras bahwa pihaknya masih berkeinginan menutup penjara kontroversial itu. Pemerintah AS berpendapat bahwa Guantanamo adalah simbol penyiksaan tahanan bagi dunia Muslim, mengutip pandangan-pandangan militer yang menyebutkan bahwa pengoperasian penjara tersebut justru membantu "teroris".
"Para komandan kami telah memperjelas bahwa menutup penjara Guantanamo penting bagi keamanan nasional, dan presiden tetap memegang teguh komitmen untuk mencapai tujuan tersebut," kata seorang juru bicara Gedung Putih, Ben Labolt.
Namun, sejumlah pejabat senior mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan bagian mereka, termasuk mengidentifikasi penjara Illinois, sebuah penjara di Thomson, 150 mil di sebelah barat Chicago. Mereka menyalahkan Kongres yang dianggap gagal mengeksekusi langkah penutup.
"Presiden tidak bisa hanya mengayunkan tongkat sulap dan mengatakan Gitmo (Guantanamo) akan ditutup," kata seorang pejabat senior pemerintahan yang tidak bersedia menyebutkan namanya karena membahas masalah yang sensitif.
Politik penutupan penjara tersebut jelas memburuk menyusul upaya pengeboman pesawat pada 25 Desember dan juga di Times Square pada Mei lalu, ditambah dengan kritikan Republikan yang mengatakan memenjarakan para tahanan di Amerika Serikat akan membahayakan warga negara Amerika. Saat Obama mulai menjabat, mayoritas – meski hanya berselisih sedikit – penduduk mendukung penutupan penjara itu. Pada jajak pendapat bulan Maret 2010, tercatat 60 persen ingin Guantanamo tetap buka.
Seorang pejabat pemerintahan mengatakan Gedung Putih masih berusaha. Pada 26 Mei, penasihat nasional keamanan Obama, James Jones, mengirimkan sepucuk surat kepada Komite Pengawas Pengeluaran di Dewan Perwakilan AS menegaskan kembali mengenai kasus tersebut.
Namun, Levin menyatakan pemerintah AS tidak bersedia melakukan upaya serius untuk menggunakan pengaruhnya, bertentangan dengan sikap bungkam menghadapi rintangan penutupan Guantanamo dengan ancaman memveto pendanaan pesawat tempur jika pemerintah menentang.
Tahun lalu, misalnya, pemerintah diam saja saat dewan membatasi transfer tahanan ke Amerika Serikat kecuali untuk didakwa. Pemerintah AS juga diam beberapa minggu lalu saat Komite Pengawas Persenjataan mengambil suara untuk memblokir aliran dana renovasi penjara Illinois untuk mengakomodasi para tahanan dan membatasi transfer tahanan dari Guantanamo ke negara-negara lain, termasuk, menurut versi Senat, larangan pengiriman ke Yaman, Arab Saudi, Afghanistan, Pakistan, dan Somalia. Sekitar 130 dari 181 tahanan Guantanamo berasal dari negara-negara tersebut.
"Mereka tidak benar-benar mengerahkan usaha dalam hal ini," kata Levin mengenai para pejabat Gedung Putih.
Sejumlah pejabat berharap angin politik akan berembus ke arah berlawanan jika misalnya para petinggi al Qaeda terbunuh, atau jika para anggota parlemen fokus pada biaya mahal yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian penjara di lokasi terisolasi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini oleh New York Times, ditunjukkan bahwa para wajib pajak membelanjakan lebih dari $2 miliar antara tahun 2002 dan 2009 untuk penjara itu.
Para pejabat pemerintahan yakin bahwa uang pajak untuk biaya operasional penjara akan bisa dihemat sekitar $180 juta per tahun jika para tahanan dipindah ke Thomson.
Tapi, dalam sebuah pertanda yang dianggap sebagai kesetujuan untuk tetap membuka Guantanamo, para pejabat AS juga memuji kemajuan-kemajuan di penjara itu.
Akibatnya, pemerintahan Obama justru semakin terjerumus dalam praktik yang banyak dikecam pejabatnya pada masa pemerintahan Bush. Seorang hakim bulan ini meminta pemerintah membebaskan seorang warga Yaman berusia 26 tahun yang ditahan sejak 2002 karena ada begitu banyak bukti bahwa ia tidak bersalah. Tim Obama tahun lalu memutuskan membebaskan pria itu, tapi berubah haluan setelah penangguhan.
Sementara itu, diskusi antara Graham dan Gedung Putih mengenai pembentukan paket legislatif bersama untuk menutup Guantanamo sembari mendukung aparat menangkap dan menahan tersangka terorisme tanpa disidang menjadi terputus-putus.
Graham mengatakan undang-undang semacam itu akan membangun kepercayaan tentang penahanan tersangka, termasuk penangkapan di masa mendatang di penjara yang reputasinya tidak buruk di Amerika Serikat, namun pembicaraan itu terhenti.
"Tidak ada orang yang bisa memberikan kami jawaban final," katanya. "(Masalah) itu hanya seolah masuk ke lubang hitam. Saya tidak tahu apa yang terjadi."(suaramedia)