Uni Eropa mengancam akan membatalkan bantuannya pada Otoritas Palestina jika pembicaraan baru atas konflik Israel-Palestina yang dimediasi secara tidak langsung oleh AS, mengalami kegagalan.
Sebelumnya, Uni Eropa menjanjikan bantuan sebesar 300 juta euro yang akan dicairkan selama periode tujuh tahun. Namun bantuan itu tidak gratis karena Uni Eropa menekan Otoritas Palestina agar menerima tawaran kesepakatan damai dengan Israel, yang mengarah pada terwujudnya solusi dua negara; Israel dan Palestina yang selama ini menjadi solusi yang ditawarkan Barat.
Saat ini perundingan damai antara Israel-Palestina mengalami jalan buntu, salah satunya karena sikap Israel yang masih terus melanjutkan dan memperluas pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah pendudukannya di Tepi Barat, meski dunia internasional menyatakan pembangunan itu ilegal dan Israel harus menghentikannya. Di tengah kebuntuan itu, muncullah AS yang menawarkan diri menjadi menjadi mediator tidak langsung untuk melanjutkan kembali proses perundingan.
Parlemen Uni Eropa sudah mengirim timnya ke Palestina dan wilayah pendudukan untuk menjajaki prospek perdamaian Israel-Palestina, untuk menentukan seberapa besar bantuan yang layak diberikan pada Otoritas Palestina. "Jika perdamaian tidak juga tercapai, maka akan ada beberapa pertanyaan ... jika akhirnya tidak juga ada negara yang terbentuk, lalu kita lihat apa yang akan kita lakukan dengan uang bantuan itu," kata Christian Berger, perwakilan Uni Eropa di Al-Quds (Yerusalem Timur).
Di sisi lain, tambah Berger, jika ada terobosan dari proses perundingan, maka Uni Eropa kemungkinan akan meningkatkan anggaran bantuannya untuk Otoritas Palestina.
Sejumlah pengamat mengkritik sikap Eropa yang dianggap sengaja menjebak Otoritas Palestina dengan tawaran sejumlah uang dan kesepakatan perdamaian yang hanya menguntungkan kepentingan Israel. Alih-alih memberikan bantuan untuk membantu mengentaskan kemiskinan rakyat Palestina akibat penjajahan Israel, Uni Eropa malah menggunakan iming-iming bantuan untuk mewujudkan "tujuan geopolitik" seperti yang diinginkan Israel.
Uni Eropa nampaknya mendengarkan kekhawatiran yang selalu dilontarkan Israel belakangan ini, bahwa Palestina akan menolak syarat dalam proses perundingan dan secara sepihak memproklamirkan kemerdekaannya dengan harapan akan mendapatkan bantuan finansial dari Uni Eropa.
Uni Eropa sendiri secara tersirat sebenarnya sudha mengakui eksitensi Palestina sebagai negara, karena di sejumlah negara Eropa ada kantor kedutaan besar Palestina.
sumber: eramuslim