Menurut para analis, Senin (17/5) Barat kebingungan setelah Brazil dan Turki, dua kekuatan baru itu berhasil mengubah upaya mediasinya di Iran menjadi sebuah deklarasi nuklir.
Pada saat yang sama, negara-negara Eropa selain menyambut deklarasi yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Iran, Brazil, dan Turki juga menyatakan pesimis terhadap deklarasi tersebut. Menurut Eropa deklarasi tersebut tidak akan mengubah aturan main dalam perundingan terkait sanksi baru terhadap Iran.
Berdasarkan deklarasi tersebut, Iran akan mengirimkan 1.200 kg uranium diperkaya tingkat rendah ke Turki dan sebagai imbalannya, Tehran akan menerima bahan bakar nuklir yang diperlukannya.
Ankara percaya bahwa deklarasi tersebut praktis menggugurkan pentingnya perundingan lebih lanjut soal sanksi. Namun sejumlah pakar menegaskan bahwa deklarasi tersebut merupakan transformasi baru dalam lingkup friksi soal program nuklir Iran dan Barat tidak punya pilihan lain kecuali menanggapinya serius.
Pascal Boniface, Direktur Lembaga Hubungan Internasional dan Strategis yang berbasis di Paris mengatakan: "Berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi hanya akan menyebabkan Barat terasing."
Ditambahkannya: "Masalah ini dapat mencuatkan asumsi bahwa Barat kaku dan terasing."
"Francois Hisburg" dari Lembaga Riset Strategis di Paris mengatakan: "Deklarasi tersebut sangat dekat dengan usulan tahun lalu Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk Iran."
Menurutnya, "Jika perincian dalam deklarasi tersebut dari sisi ini tenggat waktu pertukaran dan jenis bahan bakar yang serahkan cukup memuaskan, maka tidka ada lagiruang untuk protes."
"Penolakan terhadap deklarasi Brazil-Turki itu berarti penolakan upaya yang telah dilakukan selama ini oleh IAEA dan penolakan seluruh langkah yang diupayakan oleh dua kekuatan baru itu."
Menyinggung kelompok diplomatik Inggris, Cina, Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat, ditambah Jerman - yang berupaya mencari solusi soal program nuklir Iran melalui perundingan, Hizburg mengatakan, "Kelompok 5+1 saat ini menghadapi masalah baru yang sangat sulit untuk ditolak."
Di lain pihak, Mehdi Maqdour, seorang analis Iran di Kelompok Riset dan Informasi Perdamaian dan Keamanan di Brussel menyatakan, "Deklarasi tersebut mencuatkan nama Brazil dan Turki sebagai kekuatan baru di dunia.
"Hanya dalam dua hari, Brazil dan Turki mampu menyelesaikan pekerjaan yang Perancis dan Amerika Serikat tidak dapat melaukannya dalam setahun."
sumber: irib