Pemerintah AS menyetujui permintaan CIA untuk memperluas serangan ke wilayah-wilayah pedalaman Pakistan dengan menggunakan pesawat tanpa awak. CIA berdalih bahwa serangan harus ditingkatkan untuk memperkuat operasi militer Pakistan dalam menumpas para militan Taliban dan Al-Qaida di negeri itu.
Pemerintah AS mendukung CIA yang mereka sebut sebagai "pertahanan diri" atas ancaman dari kelompok militan Al-Qaida dan Taliban terhadap pasukan AS di negara tetangga Pakistan, Afghanistan dan ancaman terhadap negara AS secara keseluruhan.
Pemerintah AS sebelumnya menyatakan bahwa target serangan mereka termasuk para militan level rendah, meski jika indentitas mereka tidak diketahui. Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa serangan dengan menggunakan pesawat tanpa awak perlu dilakukan untuk "menumpas target-target teroris tingkat tinggi."
Seorang pejabat anti-teror AS mengungkapkan, target serangan dipilih dengan ekstra hati-hati, mengacu pada konsep berdasarkan aspek kebutuhan, proporsinya dan kewajiban untuk meminimalkan jatuhnya korban tak berdosa dan kehancuran harta benda.
Tapi sejak pertengahan tahun 2008, sekitar 90 persen dari 500 korban tewas akibat serangan pesawat tanpa awak yang dilakukan AS adalah para militan level bawah, dan hanya 14 orang dari ratusan orang yang terbunuh itu dianggap sebagai tokoh pimpinan Al-Qaida, Taliban atau kelompok militan lainnya. Fakta ini memicu pertanyaan banyak soal kemampuan CIA untuk mengindentifikasi target serangannya.
Menjawab pertanyaan itu, pejabat anti-teror AS beralasan bahwa para militan level bawah dan non-kombatan juga berpotensi membunuh pasukan AS, sehingga mereka juga menjadi target serangan AS.
Para pengamat mengatakan, sulit bahkan muskil untuk mengetahui jumlah akurat warga sipil yang tewas akibat serangan pesawat tanpa awak AS di wilayah Pakistan. Namun media massa Pakistan memperkirakan jumlahnya mencapai 600 orang.
"Belum jelas, bagaimana AS mengidentifikasi yang mana seorang militan dan yang mana pemimpin militan," kata Daniel Byman, pakar anti-teror di Brookings Institution's Saban Center for Middle East Policy.
Sejumlah mantan pejabat intelijen AS mengungkapkan, dalam banyak kasus, CIA hanya punya sedikit informasi tentang mereka yang terbunuh dalam serangan yang dilakukan AS. "Serangan AS merupakan pesan: 'jika kalian (miitan) datang ke kamp-kamp, maka kalian akan dibunuh," ujar Jeffrey Addicott, direktur Pusat Hukum Terorisme di Universitas St. Mary.
Menurut Addicott, tujuan CIA semata-mata untuk "menjatuhkan moral para pimpinan militan", tidak peduli siapa yang menjadi korban dalam serangan yang dilakukan AS.(eramuslim)