Liga Arab kembali mendesak masyarakat internasional untuk mendorong rezim Zionis Israel bergabung dengan Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT).
Humas Liga Arab, Wael Assad seraya menegaskan perlunya mendorong Israel bergabung ke dalam NPT, juga memperingatkan bahaya reaktor nuklir Zionis, terutama reaktor nuklir Dimona dan aktivitas nuklir militer rezim itu di Timur Tengah.
Wael Assad menyatakan bahwa reaktor nuklir Dimona sudah kuno dan rapuh serta telah melakukan aktivitasnya sekitar 50 tahun lalu dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) juga tidak punya akses ke tempat tersebut. Ditambahkannya, "Kami meminta IAEA untuk melakukan inspeksi dan pengawasan terhadap reaktor nuklir Dimona sehingga tidak menimbulkan malapetaka, karena kita tidak memiliki informasi tentang aktivitas nuklir Zionis."
Pencemaran nuklir Israel sangat berbahaya bagi kawasan Timur Tengah bahkan media-media rezim itu juga mengakui bahaya pencemaran nuklir Israel telah meningkat di kawasan. Harian Israel, Yediot Aharonot beberapa waktu lalu melaporkan bahwa jumlah penderita kanker akibat sampah atom dan radiasi reaktor nuklir Israel, khususnya Dimona di Gurun Negev, selatan Palestina pendudukan meningkat 40 persen dibanding sebelumnya.
Aktivitas nuklir militer Israel telah menciptakan kekhawatiran serius pada tingkat global. Oleh karena itu, kebanyakan konferensi regional dan internasional senantiasa menegaskan bahwa aktivitas nuklir militer Israel sebagai ancaman serius bagi keamanan kawasan dan dunia. Hasil aktivitas nuklir ilegal Israel adalah produksi dan penimbunan sejumlah besar hulu ledak nuklir di Palestina pendudukan.
Sejak tahun 1958, ketika Israel mulai membangun reaktor plutonium Dimona dan fasilitas pengolahan uranium, secara diam-diam telah memproduksi puluhan hulu ledak nuklir. Rezim itu kini tercatat sebagai pemilik tunggal senjata nuklir di Timur Tengah. Israel juga penghalang terbentuknya kawasan Timur Tengah, yang bebas dari senjata nuklir.
Mantan Presiden AS, Jimmy Carter untuk pertama kalinya pada Mei 2008 mengakui bahwa Tel Aviv memiliki 150 hulu ledak nuklir. Israel, bagaimanapun tidak membenarkan atau membantah memiliki senjata nuklir di tengah kebijakan ambiguitas nuklir. Pada tahun 1986, teknisi nuklir Israel, Mordechai Vanunu membocorkan informasi bahwa Israel memiliki antara 100 dan 200 senjata nuklir. Vanunu adalah mantan pekerja di reaktor nuklir Dimona yang terletak di Gurun Negev.
Pada bulan Mei 2010, koran Inggris Guardian mengatakan, dokumen-dokumen rahasia Afrika Selatan mengungkapkan bahwa pada tahun 1975, Israel menawarkan untuk menjual hulu ledak nuklir kepada rezim Apartheid di Afrika Selatan.
Kini, negara-negara di kawasan termasuk negara Arab dan mayoritas negara dunia mendesak masyarakat internasional dan IAEA untuk segera mengambil langkah serius menangani nuklir Zionis. Akan tetapi, sikap licik negara-negara Barat selalu menggagalkan upaya masyarakat internasional. Setiap keputusan yang menyudutkan Israel selalu mengundang reaksi Barat. Israel semakin menistakan undang-undang internasional menyusul dukungan penuh Barat khususnya Amerika Serikat terhadap program nuklir militernya. (ir)