Sebuah saluran televisi berbahasa Ibrani Israel memberitakan Presiden Mahmoud Abbas mengatakan kepada Presiden AS Barack Obama bahwa pemerintahan kepala batu Israel yang berkuasa saat ini tidak memberikan pilihan lain, kecuali mengundurkan diri.
Namun Yasser Abed Rabbo, sekretaris jenderal komite eksekutif PLO, mengatakan kepada Maan bahwa laporan tersebut sama sekali tidak benar.
Abed Rabbo mengatakan bahwa dirinya menyaksikan sendiri adanya sambungan telepon antara Presiden Abbas dan Presiden Obama, dan pembicaraan tersebut tidak menyinggung mengenai pengunduran diri Abbas. Akan tetapi, Obama mengatakan bahwa (Menteri Luar Negeri) Hillary Clinton akan segera datang berkunjung dan mendorong terciptanya keadaan yang lebih baik.
Sekretaris jenderal kepresidenan, At-Tayyib Abdul Rahim, juga menyangkal pemberitaan dari Channel Ten tersebut.
Menurut keterangan pemerintah Palestina, Obama menelepon Abbas pada hari Jumat untuk menegaskan kembali dukungannya dalam sebuah proses perdamaian dengan tujuan akhir terciptanya negara Palestina Merdeka. Akan tetapi, masih belum jelas apakah percakapan tersebut adalah percakapan yang disinggung oleh pemberitaan Israel sebelumnya.
Channel Ten Israel pada hari Kamis (2/5) petang melaporkan bahwa Abbas menarik kesimpulan mengenai ketiadaan harapan untuk mendapatkan proses perdamaian dalam masa pemerintahan Benjamin Netanyahu, dan oleh karena itu Abbas mengatakan kepada Obama bahwa tidak ada gunanya dia tetap menjabat.
Saluran televisi tersebut, yang merupakan saluran terbesar kedua di Israel, mengutip perkataan Abbas yang mengindikasikan bahwa "penyerahan diri" AS kepada pemukiman Israel membuat Abbas pesimistis terhadap peluang Obama mengorbankan "hubungan istimewa" negaranya demi perdamaian.
Pemerintah Palestina menuntut adadnya penghentian aktivitas pemukiman Yahudi ilegal sebagai prasyarat negosiasi perdamaian.
Menurut saluran televisi tersebut, Abbas mengatakan kepada Gedung Putih bahwa keputusan awal pemerintah Palestina untuk menangguhkan pemberian suara dukungan untuk laporan Goldstone di forum Dewan Keamanan PBB adalah sesuatu yang merusak secara politis.
Pemerintah Palestina setuju untuk menahan pendapatnya karena kekhawatiran bahwa proses perdamaian Timur Tengah yang sudah rapuh, akan hancur jika upaya tersebut dilanjutkan. Keputusan tersebut memicu lahirnya gelombang protes di jalan-jalan dan kecaman dari dunia Arab.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Abbas membuat terkejut AS dan Israel dengan dekritnya yang menyerukan pemilihan presiden dan parlamen pada tanggal 24 Januari, yang ddiberikan hanya berselang tiga jam setelah pemerintah palestina mengumumkan sambungan telepon dengan Obama.
Laporan tersebut muncul pada perayaan ke-15 dari kesepakatan damai antara Yordania dan Israel.
"Saat kita mengenang peristiwa bersejarah ini, kita semua bisa mengingat bahwa perdamaian selalu mungkin terjadi, meski ada banyak rintangan yang tidak dapat diatasi," kata Obama dalam sebuah pernyataan yang telah disiapkan. "Keberanian Raja Hussein dan Perdana Menteri (Yitzhak) Rabin menunjukkan bahwa sebuah komitmen kuat terhadap komunikasi, kerjasama dan rekonsiliasi yang sebenarnya dapat membantu mengubah arah sejarah."
Obama memanfaatkan situasi tersebut untuk mendesak para pemimpin Timur Tengah untuk menyelesaikan segala perbedaan mereka.
"Saat kami bekerjasama dengan negara-negara Arab dan Israel untuk memperluas lingkaran perdamaian, kami mengambil inspirasi dari apa yang telah dicapai oleh Israel dan Yordania limabelas tahun yang lalu, menyadari bahwa tujuan yang telah dicapai benar-benar sebanding dengan perjuangan yang dilakukan." (SMcom)