Pemerintah Vietnam akan membeli kapal selam dan jet tempur dari Rusia. Penyataan ini dikeluarkan Perdana Menteri Nguyen Tan saat mengunjungi Moskow.
Kesepakatan tersebut menjadikan Vietnam sebagai salah satu klien kunci dari industri perdagangan senjata Rusia.
Pembelian senjata tersebut dilakukan pada saat perselisihan seputar kedaulatan di Laut China Selatan – yang disebut Vietnam sebagai Laut Timur – semakin meningkat.
Vietnam, China dan negara-negara lain saling bersaing di kawasan tersebut. Persaingan tersebut bersumber dari potensi sumber daya alam berupa minyak bumi dan gas yang terkandung di wilayah tersebut.
"Vietnam telah menandatangani kontrak untuk membeli kapal selam dan pesawat tempur dari Rusia," demikian kata perdana menteri Vietnam tersebut tanpa memberikan penjelasan secara lebih terperinci.
Kantor berita Interfax dari Rusia mengutip ucapan seorang sumber yang tidak bersedia menyebutkan namanya. Sumber tersebut menyatakan bahwa Vietnam siap membeli enam kapal selam diesel seharga $2 miliar.
Vietnam tengah menunggu pengiriman delapan unit jet tempur Sukhoi Su-30MK2 dari Rusia pada tahun 2010 mendatang. Vietnam juga mempertimbangkan untuk memesan 12 unit pesawat berikutnya, demikian kata seorang sumber Rusia seperti dikutip oleh Interfax.
Seorang analis pertahanan nasional mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan merupakan sebuah sumber kekhawatiran bagi Hanoi.
"Pembelian kapal selam tersebut akan meningkatkan daya tawar Vietnam dalam perselisihan maritim tersebut," kata Profesor Carlyle Thayer dari Akademi Pertahanan Australia.
Tanggal 8 Desember lalu, Deputi Menteri Pertahanan Vietnam, Nguyen Chi Vinh, mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan merupakan hal yang mengkhawatirkan , namun ia menambahkan bahwa kecil kemungkinan perselisihan tersebut akan berujung pada konflik.
Vietnam, China dan negara-negara lain saling memperebutkan klaim kedaulatan bagian-bagian Laut China Selatan karena kandungan kekayaan alam yang besar di kawasan tersebut.
"Situasi yang berkenaan dengan ketegangan seputar kedaulatan Laut Timur menyebabkan kekhawatiran tertentu bagi pertahanan nasional Vietnam dan menciptakan tantangan-tantangan baru," kata Vinh kepada para wartawan, atase pertahanan asing dan para diplomat.
"Namun kerumitan masalah Laut Timur tidak akan berujung pada bentrokan militer di kawasan ini," tambahnya. "Dampak dari tindakan-tindakan yang bersifat merusak akan dirasakan secara luas. Upaya-upaya hukum untuk menyelesaikan perselisihan tersebut telah ditingkatkan, dan Vietnam harus berupaya untuk menyelesaikan konflik dengan jalan damai.
China mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan patroli kapal maritim di Laut China Selatan pada tahun ini.
Bulan November lalu, dalam sebuah lokakarya di Hanoi, beberapa orang cendekiawan menyuarakan kekhawatiran mengenai perkembangan situasi di Laut China Selatan. Mereka mengatakan bahwa situasi di kawasan tersebut telah semakin memburuk.
Laporan lima tahunan pemerintah membeberkan anggaran pertahanan Vietnam dari tahun 2005 hingga 2008, menunjukkan pertumbuhan 66 persen dalam kurun waktu tersebut.
Pada tahun 2004, kementerian pertahanan Vietnam mengatakan bahwa 2,5 persen dari produk domestik bruto Vietnam dibelanjakan untuk kebutuhan militer.
"Resesi ekonomi global telah menimbulkan dampak, namun dampak yang ditimbulkan tidak sebesar modernisasi dan peningkatan kemampuan tempur militer Vietnam," kata Vinh.
Mengenai kerjasama dengan Rusia, Vinh mengatakan bahwa Vietnam terbuka untuk berbicara dengan negara manapun perihal perdagangan senjata. (SMcom)